RADIO ONLINE MT ZADUL MAAD

Senin, 23 November 2015

BAITI JANNATI

بسم الله الرحمن الرحيم اَلحَْمْدُ ِللهِ اّلَذِي شَرَعَ لَنَا النِّكَاحَ، وَحَرَّمَ عَلَيْنَا السِّفَاحَ وَجَعَلَ النِّكَاحَ وَسِيْلَةً إِلَى الْمَوَدَّةِ وَالرَّحْمَةِ وَالنَّسْلِ وَاْلمُصَاهَرَةِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ الَّذِي حَثَّ عَلَيْهِ لِيُبَاهِيَ اْلاُمَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأُمَّتِهِ، وَ نَدَبَ إِلَيْهِ فَلَيْسَ مِنْهُ مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِهِ .وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ اقْتـَدَوْا ِبجَمِيْلِ آثَارِهِ.وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيـْرًا.أَمَّا بَعْدُ : Dengan menyebut nama Allah SWT Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT Dzat Yang telah menganjurkan kepada kita untuk menikah dan mengharamkan zina, dan menjadikan nikah sebagai perantara untuk tercapainya kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kasih sayang, dan untuk melestarikan keturunan dan menambah hubungan persaudaraan. Sholawat (Rohmat Ta’dhim Allah SWT) dan Salam Sejahtera-Nya semoga senantiasa terlimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai hamba yang utama dan Rasul yang paling mulia. Yang menyemangatkan kita untuk menikah dan memperbanyaki keturunan yang nanti akan dibanggakan di hari kiamat sebagai umatnya. Dan telah menjadikan nikah sebagai sunnahnya, barang siapa tidak menyukai sunahnya maka tidak termasuk dari golongannya. Dan Sholawat Salam juga senantiasa terlimpahkan kepada seluruh keluarga Beliau SAW dan para sahabat-sahabatnya yang mengikuti jejaknya yang sangat luhur. Dalam rangkuman ini, kami ingin menerangkan berbagai macam sunnah-sunnah Rasulullah SAW yang berkaitan dengan membina rumah tangga demi tercapainya kehidupan yang harmonis dan penuh dengan mawaddah wa rahmah (penuh cinta kasih sayang dan rahmat dari Allah SWT). Diantaranya adalah hak dan kewajiban suami/istri dalam kehidupan rumah tangga. Dan kami awali dengan ANJURAN SYARIAT UNTUK MENIKAH Sesungguhnya hadits-hadits Baginda Nabi Muhammad SAW tentang anjuran untuk menikah sangat banyak sekali. Diantaranya: Sabda Baginda Rasulullah SAW مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِِّي وَاِنَّ مِنْ سُنَّتِى النِّكَاحَ فَمَنْ اَحَبَّنِى فَلْيَسْتَنَّ بِسُنَّتِى (متفق عليه عن انس. الكتاب : إحياء علوم الدين.المكتبة الشاملة) “Barang siapa tidak senang dengan sunahku maka dia tidak termasuk golonganku, dan diantara sunahku adalah menikah. Maka, barang siapa mencintaiku, lakukanlah sunahku”. Dan juga sabda Beliau SAW : اَلنِِّكَاحُ سُنَّتِي فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَقَدْ رَغِبَ عَنِّي (الكتاب : إحياء علوم الدين.المكتبة الشاملة) “Sesungguhnya menikah adalah sunahku, maka barang siapa tidak mengindahkan sunahku berarti dia tidak suka denganku”. Dan Beliau SAW juga bersabda : اَلنِّكَاحُ سُنَّتِي فَمَنْ أَحَبَّ فِطْرَتِي فَلْيَسْتَنَّ بِسُنَّتِي ( رواه أبو يعلى عن ابن عباس. الكتاب : إحياء علوم الدين.المكتبة الشاملة ) “Nikah adalah sunahku, barang siapa cinta sunah suciku maka lakukanlah sunahku” Dan Beliau SAW juga bersabda : تَنَاكَحُوْا تَكْثُرُوْا فَإِنِّي اُبَاهِي بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ حَتَّى بِالسِّقْطِ ( رواه ابن مردويه عن ابن عمر الكتاب : إحياء علوم الدين.المكتبة الشاملة ) “Menikahlah kalian dan perbanyakilah keturunan kalian. Karena sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya umat) dengan kalian (dari umat-umat yang lain) kelak pada hari kiamat, hingga dengan janin yang keguguran sekalipun” . Dan Beliau SAW juga bersabda: مَنْ تَرَكَ التَّزْوِيْجَ مَخَافَةَ الْعَيْلَةِ فَلَيْسَ مِنَّا ( رواه الديلمي عن أبي سعيد الكتاب : إحياء علوم الدين . المكتبة الشاملة ) “Barang siapa tidak mau menikah karena takut tidak mampu memberi nafkah, maka dia tidak termasuk golonganku”. Firman Allah SWT : وَأَنكِحُوا الأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ( النور ٣٢ ) “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang sholeh dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah SWT akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Luas (pemberian-pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nuur : 32) Jika seseorang mempunyai penghasilan walaupun sekedar untuk bisa makan dan punya uang walaupun sekedar untuk mahar (mas kawin), maka orang tersebut digolongkan sebagai orang yang mampu. Sebagaimana disabdakan Baginda Rasulullah SAW : مَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَتَزَوَّجْ ( رواه ابن ماجه عن عائشة .الكتاب : إحياء علوم الدين.المكتبة الشاملة) “Barang siapa yang mempunyai kemampuan (untuk memberi nafkah), maka (tanpa ragu-ragu) menikahlah” Intinya : Seseorang tidak perlu takut mengenai rizki. Karena sesungguhnya Allah SWT telah menjamin menganugerahkan rizki-Nya kepada setiap makhluk-makhluk-Nya. Sebagaimana disebutkan dalan Firman-Nya : وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا ( هود ٦) “Dan tiada makhluk di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya” (QS. Huud : 6) Bahkan banyak dari kalangan kita yang mendapatkan kekayaan yang melimpah setelah menikah atau setelah memperoleh anak. Dan juga sesungguhnya menikah itu sangat membantu bagi kita untuk menuju keridloan Allah SWT. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW : يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (متفق عليه عن ابن مسعود.الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة ) “Barang siapa diantara kalian yang mampu memberi nafkah maka menikahlah, karena dengan menikah akan lebih bisa menjaga mata (dari pandangan-pandangan haram) dan lebih bisa menjaga kemaluan (dari zina). Dan barang siapa yang tidak mampu maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi kendali (benteng) bagi dirinya (yakni dapat mengurangi rangsangan seksual)” Dan sangat dianjurkan oleh syariat agar wali tidak menolak lamaran orang sholeh pada putri/saudarinya. Sabda Baginda Rasulullah SAW : إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَأَمَانَتَهُ فَزَوِّجُوْهُ إِلاَّ تَفْعَلُوْهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِيْ اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌ ( رواه الترمذي عن أبي هريرة .الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة) “Apabila datang kepada kamu (wahai wali) seseorang yang engkau akui kebaikan agama dan amanatnya (untuk melamar putri/saudarimu) maka nikahkanlah. Sebab apabila tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar” (yang akan dipertanggung jawabkan oleh wali). Dan Beliau Baginda Rasulullah SAW juga bersabda : مَن أَنكَحَ ِللهِ عَزّ وجَلّ تَوَّجَهُ الله تاجًا يَوم القِيامَةِ (الكتاب : العلل الواردة في الأحاديث للدارقطني) Barang siapa yang menikahkan (putri/saudarinya) demi untuk mengharapkan keridloan Allah SWT , sungguh di hari kiamat nanti Allah SWT akan memberikan kepadanya mahkota yang sangat indah. Dan juga sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ نَكَحَ ِللهِ وَأَنْكَحَ ِللهِ إِسْتَحَقَّ وِلاَيَةَ اللهِ (رواه الإمام أحمد. إحياء علوم الدين) “Barang siapa yang menikah demi untuk mendapatkan keridloan Allah SWT, dan menikahkan (putri/saudarinya) demi untuk mendapatkan keridloan Allah SWT, maka keduanya berhak untuk mendapatkan Belas Kasih Sayang dan perlindungan Allah SWT”. Dan sesungguhnya menikah juga mempunyai keunggulan-keunggulan yang utama di sisi Allah SWT, diantaranya adalah untuk menjaga agama, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW : مَنْ تَزََّوجَ فَقَدْ أَحْرَزَ شَطْرَ دِيْنِهِ فَلْيَتَّقِ اللهَ بِالشَّطْرِ الثَّانِي ( رواه ابن الجوزي عن أنس.الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة ) “Barang siapa yang telah menikah maka dia telah melaksanakan setengah agamanya (karena bisa memudahkannya untuk beristiqomah), maka bertaqwalah kepada Allah SWT dalam melaksanakan yang setengahnya lagi”. Shahabat Abdullah bin Abbas R.A berkata : لاَ يَتِمُّ نُسُكُ النَّاسِكِ حَتىَّ يَتَزَوَّجَ (الكتاب : إحياء علوم الدين.المكتبة الشاملة) "Tidak sempurna ibadahnya seseorang atau sulit baginya untuk menuju keridloan Allah SWT kecuali apabila dia telah menikah”. Sayyiduna Umar R.A juga berkata : لاَ َيمْنَعُ مِنَ النِّكَاحِ إِلاَّ عَجْزٌ أَوْ فُجُوْرٌ (الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة) “Sesungguhnya tidak ada seseorang yang tidak mau menikah kecuali dia lemah fisik atau durhaka”. Dan Shahabat Abdullah bin Abbas R.A. telah berkata kepada putra-putranya: إِنْ أَرَدْتُمْ النِّكَاحَ أَنْكَحْتُكُمْ فَإِنَّ الْعَبْدَ إِذَا زَنَى نُزِعَ اْلإِْيمَانُ مِنْ قَلْبِهِ (الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة) “Apabila kalian ingin menikah maka akan aku nikahkan kalian secepatnya, karena sesungguhnya seorang hamba jika melakukan zina maka seketika itu imannya akan lenyap dari hatinya”. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang sudah menikah sangat banyak sekali, diantaranya seperti yang disebutkan di kitab Ihya' Ulumiddin: فَضْلُ اْلمُتَأَهِّلِ عَلَى الْعُزْبِ كَفَضْلِ اْلمُجَاهِدِ عَلىَ اْلقَاعِدِ وَرَكْعَةٌ مِنْ مُتَأَهِّلٍ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً مِنْ عُزْبٍ (الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة) “Keutamaan orang yang sudah beristri dibanding orang yang masih membujang adalah seperti keutamaan orang yang jihad (berjuang) sabilillah dibanding orang yang berdiam diri (tidak ikut jihad). Dan sesungguhnya satu rakaat yang dilakukan oleh orang yang sudah beristri itu lebih utama nilainya dibanding tujuhpuluh rakaat dari orang yang masih membujang”. Keterangan-keterangan tersebut di atas telah menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya kita tidak dapat hidup sempurna tanpa beristri. Karena seorang laki-laki akan dikacaukan kehidupannya oleh nafsu syahwat yang ada dalam dirinya. Maka, agar bisa mendapatkan ketenangan dalam hidup untuk menuju keridloan Allah SWT, tidak ada jalan lain kecuali dengan menikah. Firman Allah SWT : وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ( الروم ۲۱) “Dan diantara tanda-tanda Kekuasaan-Nya adalah Dia Menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian mendapatkan ketenangan dan ketentraman. Dan dijadikan diantara kalian rasa kasih sayang”. (QS. Ar-Ruum : 21) Dan bagi kita yang telah mendapatkan keterangan ilmu tersebut di atas, tidak diperkenankan untuk menuduh orang yang masih membujang (belum beristri), namun kita tetap berhusnudhon (berprasangka baik) kepadanya, bahwa siapa tahu dia sedang mencari bekal untuk menikah, atau sedang dalam proses mencari istri yang sesuai dengan seleranya , atau siapa tahu dia sedang sibuk mengurus kehidupan orang tuanya, atau sedang sibuk mendalami ilmu agama, atau memang kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk menikah dan lain sebagainya. KEUTAMAAN MEMPUNYAI ANAK YANG SHOLEH/SHOLEHAH Sesungguhnya memiliki anak yang sholeh/sholehah mempunyai keistimewaan yang sangat luar biasa. Bahkan paling nikmat-nikmatnya anugerah Allah SWT bagi orang tua adalah memiliki anak sholeh/sholehah yang bertaqwa, karena dengannya ia bisa meringankan beban kehidupan, khususnya di saat sudah tua. Karena pada saat itu ia sangat membutuhkan pendamping yang setia. Anak sholeh yang bertaqwa sungguh pasti akan mengutamakan perhatiannya pada kedua orang tuanya, di saat suka maupun duka, karena dengan ilmu yang telah diketahuinya bahwa keridloan dan keutamaan orang tua bagi anak adalah segala-galanya. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Bustanul-Wa’idhin 1/47, Allah SWT berfirman dalam hadits qudsiy: اِرْضَ وَالِدَيْكَ فَإِنَّ رِضَائِي فِي رِضَا اْلوَالِدَيْنِ وَسُخْطِي فيِ سُخْطِ اْلوَالِدَيْنِ "Carilah ridlo kedua orang tuamu karena sesungguhnya keridhoan-Ku ada dalam ridlo keduanya dan kemurkaan-Ku juga ada pada kemurkaan keduanya". Bahkan setelah orang tuanya meninggal, anak yang sholeh/sholehah tersebut akan senantiasa berbakti kepadanya dengan mengadakan tahlil dan bersedekah untuknya. Dan juga senantiasa mendoakannya demi keselamatan dan kemuliaannya di sisi Allah SWT. Sabda Baginda Rasulullah SAW: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يَنْقَطِعُ ِإلاَّ بِثَلاَثٍ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ ... ( رواه مسلم عن أبي هريرة .الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة) “Sesungguhnya semua amal perbuatan bani Adam (manusia) terputus pahalanya dengan meninggalnya orang tersebut, kecuali sebab tiga macam hal, diantaranya adalah anak sholeh yang senantiasa mendo’akan orang tuanya yang telah meninggal…” Dan keistimewaan tersebut hanya bisa dicapai bila orang tersebut menikah dan dikaruniai anak. Intinya, pada saat kita mencari istri harus berhati-hati. Jika tidak, maka kekacauan dalam kehidupan akan menantinya. Dan bagi kita yang sudah berkeluarga sangat dianjurkan oleh syariat untuk membantu orang yang masih membujang dan memberinya kesemangatan untuk mencari istri. Karena sesungguhnya mereka yang masih membujang sangat membutuhkan dorongan, nasehat, saran dan bantuan dari orang-orang yang sudah berkeluarga (sebagaimana yang telah diteladankan oleh Baginda Rasulullah SAW dan para shahabat-shahabatnya, sebagaimana keterangan tersebut di atas). Karena jika hal itu terlaksana, maka orang yang membantu tersebut akan mendapatkan imbalan pahala yang sangat agung di sisi Allah SWT. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ مَشَى ِفي حَاجَةِ أَخِيْهِ سَاعَةً مِنْ لَيْلٍ أَوْ َنهَارٍ قَضَاهَا أَوْ لَمْ يَقْضِهَا كَانَ خَيْرًا لَهُ مِنْ اعْتِكَافِ شَهْرَيْنِ (الكتاب : إحياء علوم الدين .المكتبة الشاملة) “Barang siapa mengusahakan terlaksananya hajat / kebutuhan saudaranya walau sesaat saja di waktu malam atau siang, berhasil ataupun tidak, maka hal itu lebih utama baginya dibanding i’tikaf (berdiam khusyu’di masjid) selama dua bulan”. Dan sabda Baginda Rasulullah SAW: مَنْ كَانَ ِفي حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ ِفي حَاجَتِهِ (صحيح مسلم ) "Barang siapa sedang mengusahakan tercapainya hajat/kebutuhan saudaranya, maka Allah SWT akan memenuhi kebutuhannya " Dan juga sabda Baginda Rasulullah SAW: وَمَنْ مَشَى ِفى تَزْوِيْجِ رَجُلٍ حَلاَلاً حَتىَّ َيجْمَعَ بَيْنَهُمَا رَزَقَهُ اللهُ أَلْفَ امْرَأَةٍ مِنَ اْلحُوْرِ اْلعَيْنِ "Barang siapa mencarikan istri bagi saudaranya dengan cara yang benar sampai dia menikah maka Allah SWT berjanji untuk memberinya seribu bidadari". Bagi orang yang sedang mencari istri sangat diperlukan untuk mengetahui cara dan sistem untuk mendapatkan istri yang sholihah sesuai anjuran junjungan kita Baginda Nabi Besar Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW dan para Ulama sholihin yang akan kami jelaskan di bawah ini: Bahwa sesungguhnya kepribadian wanita yang sangat perlu diperhatikan agar bisa mendapatkan keharmonisan dalam rumah tangga, kelestarian ikatan pernikahan, dan tercapainya maksud/tujuan pernikahan, yang paling utama adalah: MEMPERHATIKAN KEADAAN AGAMA KELUARGANYA. Karena sangat dikhawatirkan apabila sesorang mendapatkan istri yang hanya sesuai seleranya saja, akan tetapi keluarga istrinya tersebut dangkal (lemah) agamanya, maka kekacauan hidup akan menantinya. Sebagaimana peringatan Baginda Rasulullah SAW : َتخَيَّرُوْا لِنُطَفِكُمْ فَإِنَّ اْلعِرْقَ نَزَّاعٌ ( رواه ابن ماجه عن عائشة ) “Pilihlah oleh kalian (istri yang baik dari keluarga yang baik), karena sesungguhnya asal keturunan itu mempengaruhi (kepribadian anak)”. (H.R. Imam Ibnu Majah dari Sayyidah ‘Aisyah R.A). Dan juga Beliau Baginda Rasulullah SAW bersabda : إِيَّاكُمْ وَخَضَرَاءَ الدَّمْنِ ,فَقِيْلَ مَا خَضَرَاءُ الدَّمْنِ قَالَ اْلمَرْأَةُ اْلحَسْنَاءُ ِفي اْلمَنْبَتِ السُّوْءِ ( رواه الدار قطني ) “Waspadalah kalian semua pada wanita Khadlraaud Damni,” para shahabat bertanya; “Apa itu khadlraaud damni, yaa Rasulullah SAW ?”, Beliau menjawab ; “Yaitu wanita cantik jelita dari (keturunan) keluarga yang lemah agamanya”. Dan bisa dipastikan bahwa keluarga yang dangkal (lemah) agamanya tidak akan bisa mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang berakhlaqul karimah, bahkan sebaliknya akan mendorong mereka agar bisa mendapatkan kedudukan dan gemerlapnya dunia. Bahkan jika terjadi perselisihan rumah tangga antara suami istri, maka pihak keluarga istri tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan anjuran agama. Sebaliknya justru lebih mengedepankan harga diri keluarga dan mempertahankan egoisme (ingin menang sendiri). Dan ini adalah diantara hal yang akan menjadikan kekacauan dan perpisahan dalam kehidupan rumah tangganya. Sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ عَمِلَ ِفي فِرْقَةِ بَيْنَ امْرَأَةٍ وَزَوْجِهَا كَانَ ِفي غَضَبِ اللهِ وَلَعْنَةِ اللهِ ِفي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَكَانَ حَقّاً عَلَى اللهِ أَنْ يَضْرِبَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِصَخْرَةٍ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ إِلاَّ أَنْ يَتُوْبَ "Barang siapa yang berusaha memisahkan pasangan suami istri (tanpa alasan yang dibenarkan syariat) sungguh akan dikutuk Allah SWT di dunia dan akhirat, dan sungguh Allah SWT akan menyiksanya pada hari kiamat dengan melempari batu-batu api neraka jahannam yang panas membara, kecuali ia bertaubat dan menyatukan kembali pasangan tersebut". Jika yang menyebabkan perpisahan tidak mau menyatukannya lagi maka sangat dianjurkan bagi yang mampu untuk menyatukanya dengan penuh kebijakan, Sabda Baginda Rosulullah SAW : مَنْ مَشَى ِفى صُلْحِ امْرَأَةٍ وَزَوْجِهَا ، كَانَ لَهُ أَجْرُ أَلْفِ شَهِيْدٍ هَلْكَى ِفى سَبِيْلِ اللهِ حَقًّا ، وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عِبَادَةُ سَنَةٍ "Barang siapa yang berusaha untuk menyatukan pasangan suami istri (yang terpisah karena kedloliman atau kesalah pahaman) maka baginya pahala seribu orang yang mati sahid, dan juga baginya pahala ibadah satu tahun dalam setiap langkah". Dan diantara tanda-tanda wanita yang dangkal agamanya yaitu yang mau diajak pacaran, karena hal tersebut diharamkan dalam syariat dan mempunyai efek samping yang sangat fatal. Dan jika dia memaksakan diri untuk tetap melamarnya, maka dianjurkan bagi orang tua laki-laki tersebut atau sesepuh yang dekat dengannya agar mengingatkan akibatnya, dengan menasehati dan memberi peringatan tentang efek samping bagi orang yang tidak mengutamakan agama sebagai pertimbangan dalam mendapatkan istri. Sebaliknya, apabila mendapatkan istri dari keluarga yang taat beragama, maka akan sangat membantu dan memudahkan bagi sang suami untuk mendidik dan mengarahkannya menuju keridloan Allah SWT. Dan Jika terjadi perselisihan antara suami istri, sehingga pihak keluarga sang istri ikut campur permasalahan rumah tangga, tentu bisa dipastikan bahwa mereka akan menasehati putrinya agar selalu sabar, taat, ridlo dan selalu bersopan santun kepada suaminya. Dan menyarankan kepada putrinya agar senantiasa meng-indahkan rumah tangganya supaya menjadi rumah tangga yang tetap harmonis yang penuh dengan keindahan, belas kasih sayang, kesejukan dan kedamaian. Imam Ghozali dalam kitab Ihya’ berkata yang artinya kurang lebih: “Sesungguhnya seorang istri yang lemah agamanya tidak akan bisa menjaga kehormatan diri dan suaminya, akan meresahkan hati suaminya karena cemburu buta, berwatak matrealis (mengutamakan duniawi), Sehingga jika suami menggunakan ketegasan untuk menghadapi/ menyelesaikan hal tersebut, tentu dia akan selalu mengalami keributan rumah tangga. Namun apabila si suami tidak mempedulikannya, berarti dia telah meremehkan agama, tidak punya harga diri dan tidak memiliki ketegasan/pedoman hidup, bahkan akan terkena imbas dosa atas perbuatan maksiat istrinya dan akan terseret ke neraka bersamanya, Karena dia telah melanggar perintah Allah SWT yang bisa mendapatkan kemurkaan-Nya sebagaimana Firman Allah SWT : قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم ٦ ) “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”(Q.S. At Tahriim : 6) Dan apabila si suami inkar dan menegur perbuatan istrinya tersebut, maka kehidupan rumah tangganya akan sering cekcok dan mengalami keributan. Oleh karena itulah Baginda Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk menikahi wanita yang taat beragama. Beliau SAW bersabda : تُنْكَحُ اْلمَرْأَةُ ِلمَاِلهَا وَجَمَاِلهَا وَحَسَبِهَا وَدِيْنِهَا فَعَلَيْكَ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ( متفق عليه عن أبي هريرة ) “Sesungguhnya wanita dinikahi karena hartanya, kecantikannya, nasab (keturunan)nya, dan agamanya. Maka hendaknya kamu menikahi wanita yang taat beragama, tentu hidupmu akan penuh keberkahan dan keharmonisan”.(H.R. Imam Bukhari/Muslim dari Sh. Abu Hurairah R.A.) Dan Beliau Baginda Rasulullah SAW bersabda : مَنْ نَكَحَ اْلمَرْأَةَ ِلمَاِلهَا وَجَمَاِلهَا حُِرّمَ جَمَاُلهَا وَمَاُلهَا وَمَنْ نَكَحَهَا لِدِيْنِهَا َرزَقَهُ اللهُ مَالَهَا وَجَمَاَلهَا ( رواه الطبراني عن أنس ) “Barang siapa menikahi seorang wanita karena harta dan kecantikannya, maka dia tidak akan bisa menikmati harta dan kecantikannya tersebut. Dan barang siapa menikahi wanita karena agamanya, maka Allah SWT akan menganugerahinya rizqi yang melimpah dan keindahan istrinya dalam pandangan matanya”. ( H.R. Imam Thabraniy dari Sh. Anas bin Malik R.A.). Dan Beliau Baginda Nabi SAW juga bersabda : لاَ تَنْكَحِ اْلمَرْأَةَ ِلجَمَاِلهَا فَلَعَلَّ جَمَالَهَا يُرْدِيْهَا وَلاَ ِلمَالهَِا فَلَعَلَّ مَالَهَا يُطْغِيْهَا وَانْكِحِ اْلمَرْأَةَ لِدِيْنِهَا ( رواه ابن ماجه عن عبد الله بن عمرو ) “Janganlah engkau menikahi seorang wanita karena kecantikannya. Siapa tahu karena kecantikannya justru menjadikan bejat perbuatannya. Dan jangan pula engkau menikahi wanita karena hartanya. Bisa saja karena hartanya dia menjadi sombong prilakunya. Namun, hendaklah engkau menikahi wanita yang taat beragama (mulia akhlaknya)”.(H.R. Imam Ibnu Majah dari Sh. Abdullah bin Amr). Dan orang tua juga sangat perlu untuk memberi tahu kemungkinan-kemungkinan kekacauan kehidupan rumah tangga yang akan dialami oleh anaknya jika dia memaksakan diri untuk menikahi wanita yang hanya sesuai seleranya saja. Karena wanita yang tidak berakhlaqul karimah dan lemah agamanya, pasti dia akan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah SWT . Diantaranya adalah : - Meremehkan agamanya - Sering berkhianat kepada suaminya, bahkan tidak mustahil dia akan minta pertolongan kepada dukun agar tercapai maksud dan tujuannya, yang mana perbuatan tersebut sangat terkutuk di hadapan Allah SWT. - Akan sering mengucapkan perkataan-perkataan yang jorok. - Tidak pandai mensyukuri pemberian-pemberian/ kebaikan-kebaikan suaminya kepadanya. Bahkan dia melupakan atau mengingkarinya. - Berpura-pura sakit agar senantiasa mendapatkan perhatian dari suaminya. - Akan selalu mengungkit-ungkit jasanya kepada suaminya. - Akan selalu membantah perkataan-perkataan suaminya. - Senantiasa memamerkan kecantikannya dengan tidak memakai jilbab, atau memakai pakaian yang masih terlihat sebagian auratnya, atau memakai pakaian yang ketat sehingga terlihat lekak-lekuk tubuhnya, atau bergaya dalam model berjalannya agar mendapatkan perhatian dari orang lain. - Mempunyai sifat cerewet yang senantiasa membicarakan masalah yang tidak berguna . Bahkan tidak mustahil dia menggunjingkan aib orang lain. Baginda Rasulullah SAW bersabda : إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الثَّرْثَارِيْنَ اْلمُتَشَدِّقِيْنَ “Sesungguhnya Allah SWT sangat membenci orang yang suka berceloteh (cerewet) dan muluk-muluk bicaranya (yang dia sukai ditambah-tambahi dan yang tidak dia sukai dijatuhkan)”. Dan sifat-sifat tersebut tidak dilakukan kecuali oleh wanita yang lemah agamanya, yang mana satu sifat saja sudah bisa mendapatkan kemurkaan Allah SWT, apalagi dua sifat atau bahkan lebih. Oleh karena itulah Baginda Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada umatnya yang menginginkan membina rumah tangga yang harmonis, penuh dengan belas kasih sayang, kedamaian dan kesejahteraan agar menjadikan agama sebagai pertimbangan utama untuk mendapatkan istri yang taat beragama, berakhlaqul karimah dan dari keluarga baik-baik. Sabda Baginda Rasulullah SAW : خَيْرُ نِسَائِكُمْ مَنْ إِذَا نَظَرَ زَوْجُهَا سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ ِفي نَفْسِهَا وَمَالِهِ “Paling baiknya istri kalian jika dipandang menyejukkan hati , jika diperintah taat melaksanakan dan jika ditinggal pergi senantiasa menjaga auratnya dan harta suaminya”. Jika orang tua telah menasehati dan mengarahkan yang terbaik bagi anaknya, namun tidak dihiraukan maka dia akan selamat dari pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT kelak di akhirat. Jika seorang lelaki telah mengetahui adanya seorang wanita yang baik dari keturunan keluarga yang taat beragama hendaknya jangan langsung melamarnya sebelum melihat terlebih dahulu, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW: إِذَا أَوْقَعَ اللهُ ِفي نَفْسِ أَحَدِكُمْ مِنْ امْرَأَةٍ فَلْيَنْظُرْ إِلَيْهَا فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يُؤَدِّمَ بَيْنَكُمَا ( رواه ابن ماجه ) “(Sesungguhnya) apabila Allah SWT telah memberikan kecondongan hati (untuk melamar seorang wanita), maka hendaknya dia melihat terlebih dahulu (dengan disertai muhrimnya, demi kemantapan seleranya). sungguh hal itu akan melestarikan ikatan pernikahan kalian berdua”. (H.R. Imam Ibnu Majah). TIDAK ADA WANITA YANG SEMPURNA Baginda Rasulullah SAW bersabda : كُلُّ بَنيِ آدَمَ خَطَّاؤُنَ وَخَيْرُ اْلخَطَّآئِيْنَ التَّوَّابُوْنَ اْلمُسْتَغْفِرُوْنَ ( رواه الترمذي والحاكم عن أنس ) “Sesungguhnya setiap Bani Adam (manusia) pasti ada salahnya, dan paling baiknya orang yang bersalah adalah orang yang senantiasa bertaubat dan kembali ke jalan yang benar ”. Sesungguhnya wanita yang sempurna sangat langka, kesalahan dan kekurangan pasti ada, walaupun telah dididik dengan sebaik mungkin. namun bagi suami hendaknya untuk senantiasa membenahinya. sungguh hal itu akan mudah, jika istrinya berkualitas (memiliki kepribadian yang luhur dan pendidikan yang baik dari keluarga yang taat beragama). Jika ia salah, akan segera minta maaf, jika ada kekurangan akan segera menyempurnakannya. Dan jika seorang laki-laki sudah terlanjur memiliki istri yang dangkal agamanya dari keluarga yang tidak taat beragama maka baginya untuk tidak membiarkannya begitu saja, tetapi terus menerus menasehatinya. Siapa tahu di suatu saat dia akan berubah menjadi baik. Namun jikalau masih melakukan sifat-sifat yang kurang terpuji tersebut maka si suami akan diselamatkan oleh Allah SWT dari tuntutan istrinya kelak di akhirat serta lepas dari tanggung jawab di hadapan Allah SWT karena dia senantiasa telah menasehatinya. Sedangkan si istri kelak akan dikumpulkan dengan istrinya Abu Lahab dan yang sejenis dengannya di neraka apabila meninggal dalam keadaan sifat jelek tersebut (tidak bertaubat). JODOH ADALAH TAQDIR SEJAK DAHULU KALA Jika seorang laki-laki sudah mendapatkan calon istri yang sudah memenuhi tiga syarat utama tersebut (taat beragama, berakhlaqul karimah, dan dari keluarga baik-baik) maka secepatnya untuk melamar wanita tersebut. Dan apabila lamarannya ditolak, maka tidak perlu kecewa atau patah hati karena sesungguhnya masalah jodoh sudah ditaqdirkan oleh Allah SWT sejak dahulu kala. Sebagaimana disebutkan : َالزُّوَاجُ قِسْمَةٌ وَنَصِيْبٌ “Bahwa sesungguhnya jodoh itu tidak keluar dari nasib dan bagiannya yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak dulu kala”. Dan Firman Allah SWT: وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ ( البقرة ٢١٦) “Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah SWT Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Dan bagi pria / wanita yang merasa jodohnya tidak kunjung tiba atau dalam penantian maka jangan berputus asa yakinlah bahwa Allah Dzat yang Maha pengasih sedang mendidik dan menyervis calon jodohnya menjadi yang terbaik baginya Maka sangat perlu untuk selalu berprasangka baik kepada Allah SWT dan ridlo dengan segala yang ditentukan oleh-Nya, dan tetap bersemangat untuk melanjutkan pencariannya sesuai dengan apa yang telah dianjurkan oleh syariat, dan juga senantiasa berdoa semoga Allah SWT memudahkan untuk mendapatkannya. ANJURAN BUAT WALI AGAR MENIKAHKAN PUTRI/SAUDARINYA KEPADA LAKI-LAKI YANG BAIK Begitu pula bagi seorang wali agar tidak menikahkan putri/saudarinya kecuali dengan laki-laki yang taat beragama (bertaqwa kepada Allah SWT). Maka apabila seorang wali menikahkan putri/saudarinya kepada laki-laki yang dangkal/lemah agamanya berarti wali tersebut telah berbuat dholim (semena-mena) kepada putri/saudarinya. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW : اَلنِّكَاحُ رِقٌّ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ أَيْنَ يَضَعُ كَرِْيمَتَهُ ( رواه أبو عمر التوقاني) “Bahwa sesungguhnya nikah adalah memiliki (seluruh anggota tubuh dan kehidupan istri oleh suaminya), maka hendaklah seorang wali benar-benar memperhatikan kepada siapa putri/saudarinya dinikahkan”.(H.R.Imam Abu Umar At Tauqaniy). Maka, apabila wali tersebut menikahkan putri/saudarinya kepada laki-laki yang dangkal agamanya atau fasiq (ahli maksiat), atau ahli bid’ah (pengikut aliran sesat), berarti wali tersebut telah berbuat dholim kepadanya, dan menjerumuskan dirinya untuk mendapatkan kemurkaan Allah SWT karena menikahkan putri/sudarinya dengan pilihan yang salah. Dan seseorang telah berkata kepada Imam Hasan Bishri R.A. : قَدْ خَطِبَ إِبْنَتِي جَمَاعَةٌ فَمِمَّنْ أُزَوِّجُهَا ؟ قَالَ ِممَّنْ يَتَّقِي اللهَ فَإِنْ أَحَبَّهَا أَكْرَمَهَا وَإِنْ أَبْغَضَهَا لَمْ يَظْلِمْهَا “Wahai tuan, sesungguhnya beberapa orang telah datang untuk melamar putriku, kepada siapakah aku harus menikahkannya?”. Imam Hasan Bishri menjawab : “Nikahkanlah putrimu dengan laki-laki yang bertaqwa kepada Allah SWT. Karena, apabila dia suka dengan putrimu maka dia akan memuliakannya. Namun bila dia tidak suka dengan putrimu, maka dia tidak akan berbuat dholim kepadanya”. Baginda Rasulullah SAW telah bersabda : مَنْ زَوَّجَ كَرِيمَتَهُ مِنْ فَاسِقٍ فَقَدْ قَطَعَ رَحِمَهَا. (رواه ابن حبان عن أنس) “Barang siapa menikahkan putri/saudarinya kepada laki-laki yang fasiq (tidak bertaqwa kepada Allah SWT), maka dia telah memutuskan ikatan rahimnya” Yang dimaksud memutus ikatan rahim adalah karena suami akan melakukan sewenang–wenang dan tidak peduli dengan agamanya dan menjerumuskan istrinya untuk melakukan hal yang sama karena ia telah menjadi miliknya. Dan bisa dipastikan akan terjadi kekacauan dengan walinya, dan disitulah akan terputus ikatan rahimnya. Dan sangatlah dahsyat ancaman bagi orang yang memutus ikatan rahim. Sebagaimana diterangkan di kitab Sunan Abu Dawud 2/60, Allah SWT berfirman dalam hadits qudsiy : أَنَا الرَّحْمنُ وَهِيَ الرَّحِمُ شَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ ، وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ “Sesungguhnya Aku adalah Ar-Rohman Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan sesungguhnya aku beri nama kekerabatan dengan nama Ar-Rohmi, mengambil dari nama-Ku (Ar-Rohman). Maka barang siapa menyambung (ikatan kekerabatannya) akan Aku limpahkan kasih sayang-Ku, dan barang siapa me-mutusnya maka akan Aku putus dari kasih sayang-Ku". Intinya : Jika seorang wali telah memilihkan untuk putri/ saudarinya dengan lelaki yang baik sesuai yang telah dianjurkan oleh syariat maka dia akan memperoleh belas kasih sayang Allah SWT dan Ridlo-Nya yang abadi di surga. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW : مَن أَنكَح ِللهِ عَزّ وجَلّ تَوَّجَهُ الله تاجًا يَوم القِيامَةِ "Barang siapa yang menikahkan demi untuk mengharapkan keridloan Allah SWT ,sungguh di hari kiamat nanti Allah SWT akan memberikan kepadanya mahkota yang sangat indah". NIAT MENIKAH Dan sangat dianjurkan oleh syariat bagi orang yang akan menikah hendaknya memperhatikan niatnya terlebih dahulu, sebagaimana yang dianjurkan oleh Imam Ghozali : وَمِنْهَا أَنْ يَنْوِيَ بِالنِّكَاحِ إِقَامَةَ السُّنَّةِ وَغَضَّ اْلبَصَرِ وَطَلَبَ اْلوَلَدِ وَلاَ يَكُوْنُ قَصْدُهُ مُجَرَّدَ اْلهَوَى وَالتَّمَتُّعَ فَيَصِيْرُ عَمَلُهُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا. ( إحياء ٢/ ٣٧) “Dan hendaklah bagi orang yang akan menikah berniat untuk melaksanakan sunah Nabi SAW, menjaga penglihatan mata dari pandangan haram, dan mendapatkan anak. Dan janganlah hanya sekedar untuk melampiaskan kesenangan biologis semata, sehingga amal perbuatannya tidak mendapatkan pahala” Diterangkan dalam kitab ‘Uqudul Lujain bahwa diantara niatnya menikah yang dianjurkan oleh syariat adalah : 1. Niat melakukan suatu ibadah yang dicintai Allah SWT dengan berusaha menghasilkan anak untuk mewujudkan kesinambungan manusia di muka bumi. 2. Untuk bisa mendapatkan kecintaan dari Baginda Rasulullah SAW dengan memperbanyaki umat yang akan dibanggakan Beliau kelak pada hari kiamat. 3. Untuk bisa mendapatkan keberkahan doanya anak yang sholeh sesudah dirinya meninggal dunia 4. Untuk bisa mendapatkan syafaat dari anaknya yang meningal dunia ketika masih kecil. MAHAR YANG UTAMA ADALAH YANG KECIL NILAINYA Baginda Rasulullah SAW bersabda : خَيْرُ النِّسَاءِ أَحْسَنُهُنَّ وُجُوْهًا وَأَرْخَصُهُنَّ مُهُوْرًا ( رواه ابن حبان عن ابن عباس ) “Sebaik-baiknya wanita adalah yang cantik wajahnya dan kecil nilai maharnya”. Sebagian shahabat Baginda Rasulullah SAW ketika menikah dengan mahar emas seberat biji kurma seharga 5 dirham. Dan Imam Said bin Musayyab R.A. menikahi putri Shahabat Abu Hurairah R.A. dengan mahar 2 dirham. Dan Beliau Baginda Rasulullah SAW juga bersabda : أَبْرَكُهُنَّ أَقَلُّهُنَّ مَهْرًا ( رواه أبو عمر التوقاني عن عائشة ) “(Wanita) yang paling berkah diantara kalian adalah yang paling sedikit maharnya”. ADAB DAN TATA CARA MELAMAR DAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH Apabila kedua keluarga mempelai telah sepakat untuk menerima dan melangsungkan ikatan pernikahan maka dianjurkan untuk mengadakan lamaran terlebih dahulu. Dan hendaklah disaat permohonan pinangan/ lamaran tersebut diawali dengan mengucapkan alhamdulillah dan sholawat. Begitu pula bagi wali yang mau menerima pinangan tersebut. Dan hendaklah mahar/mas kawinnya disebutkan Dan sesungguhnya banyak dari para Ulama' sholihin membacakan khutbah nikah di depan umum sebelum pelaksanaan ijab qobul. Dan di akhir kitab ini kami telah cantumkan contoh khutbah nikah yang di sertai dengan niat dan doa-doanya, yang denganya semoga bisa mendapatkan keberkahan, kemakmuran dan kebahagiaan dunia akhirat. agar mudah untuk ditiru bagi yang menghendakinya. Dan hendaknya yang membaca orang 'alim yang sholeh, agar diterima di Sisi Allah SWT . KESEDERHANAAN DALAM WALIMAH Dianjurkan oleh syariat bagi orang yang mampu agar menyederhanakan walimatul 'ursy, untuk memberi keteladanan yang baik kepada orang lain, dan tidak mengecewakan/ memberatkan hati orang yang tidak mampu, dengan demikian Insya Allah dia akan diberkahi dalam masalah harta dan kehidupannya. Namun sebaliknya, jika berlebihan dalam mahar atau resepsinya, maka dikhawatirkan dia akan digolongkan sebagai orang yang kufur dan tidak bersyukur atas anugerah Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT: لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد.( إبراهيم 7 ) "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih." Dan jika seseorang yang mampu ingin memberkahi pernikahan tersebut dengan mengeluarkan harta yang banyak, maka dianjurkan oleh syariat untuk bersedekah kepada keluarga-keluarganya yang tidak mampu atau kepada faqir miskin, atau memberikannya kepada pasangan mempelai berdua sebagai bekal mereka untuk membina kehidupan rumah tangganya. Demikian pula apabila ingin mendapatkan keberkahan dalam pernikahan, hendaklah ketika melaksanakan akad nikah mendatangkan orang-orang yang sholeh, dengan harapan agar mereka ikut menjadi saksi kebenaran shighot (ucapan) ijab qobul pernikahan tersebut serta mendoakannya. Dan ketika pelaksanaan akad nikah hendaknya dilangsungkan di masjid, sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin. Dan sangat perlu untuk diperhatikan di saat pelaksanaan akad nikah jangan sampai ada satupun wanita yang ikut di majlis tersebut (walau mempelai wanita). Karena, dengannya akan mengundang mata para hadirin untuk melihatnya, yang mana perbuatan tersebut diharamkan oleh agama sebagai zina ‘ain (mata), dan mengundang datangnya setan, sehingga para Malaikat akan menjauhi tempat tersebut. Dan akan menjadi hijab (penghalang) diterimanya doa-doa yang diucapkan saat pelaksanaan akad nikah. Maka, bagi orang 'alim yang sholeh yang mengetahui hal itu diwajibkan untuk menegur/ mengingatkannya demi untuk mendapatkan keberkahan dan Ridlo Allah SWT dalam pernikahan tersebut. KEWAJIBAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA Dan perlu diketahui oleh mempelai laki-laki (sang suami) bahwa sesungguhnya istri adalah merupakan anugerah dari Allah SWT agar membantu dan meringankannya dalam menuju Keridloan Allah SWT. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW : مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ أَحْرَزَ شَطْرَ دِيْنِهِ فَلْيَتَّقِ الله َِفي الشَّطْرِ الثاَّنِي ( رواه ابن الجوزي عن أنس ) “Barang siapa yang telah menikah maka dia telah (mendapatkan sebagian keringanan untuk menuju kepada Allah SWT, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah SWT untuk melaksanakan kewajiban selanjutnya”. Maka sangat perlu sekali bagi sang suami untuk memelihara anugerah tersebut dengan senantiasa menjaganya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT terutama pada permulaan pertemuan jangan sampai kedua mempelai berjabat tangan dengan orang-orang yang bukan muhrimnya. Dan di saat pertama kali bertemu dengan istrinya di kamar, hendaklah mengucapkan salam, bersholawat dan mengucapkan do’a : مَا شَاءَ الله ُتَبَارَكَ الله ُ “Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan keberkahan ”. Agar bisa mendapatkan kelanggengan, kebahagiaan serta terlindungi dari serangan mata (pandangan mata orang yang hasud). Sabda Baginda Rasulullah SAW : كُلُّكُمْ عَيَّانٌ إِلاَّ مَنْ بُوْرِكَ “Sesungguhnya mata kalian semua bisa menyerang apa saja yang dipandangnya indah sehingga berbalik menjadi buruk selain orang yang mengucapkan: مَا شَاءَ الله ُتَبَارَكَ الله ُ maka dia akan terlindung dari hal itu”. Dan selanjutnya bagi sang suami hendaklah meletakkan tangannya di kepala istrinya sambil mengupakan doa : رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا “Ya Allah jadikanlah istri-istri kami dan anak-anak kami sebagai penyenang hati kami. Dan jadikanlah kami sebagai imam (panutan) bagi orang-orang yang bertaqwa”. Dan lebih bagus lagi ditambahi do’a : رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي “Ya Allah ya Tuhanku, tunjukanlah aku untuk mensyukuri nikmat-nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholeh yang Engkau Ridloi, dan berilah kebaikan kepadaku (dengan memberi kebaikan) kepada anak cucuku”. (Q.S. Al Ahqaaf 15). Dan hendaknya sang suami jangan terburu-buru untuk melaksanakan keinginan biologisnya, akan tetapi hendaklah berkomunikasi terlebih dahulu dengan istrinya dengan perkataan yang lemah lembut dan indah. Misalnya sang suami berbicara kepada istrinya dengan mengucapkan : "Segala puji bagi Allah SWT Yang telah Menyatukan kita dengan baik. Semoga Allah SWT Memberi taufiq, hidayah dan kekuatan kepada kita untuk menjadikan keluarga kita sebagai keluarga yang harmonis yang penuh dengan kebahagiaan, ketenangan dan penuh cinta kasih sayang ". Kemudian dilanjutkan dengan berbincang-bincang mempertanyakan tentang kerabat-kerabatnya. Namun tidak diperkenankan menceritakan masa lalu masing-masing yang bisa melenyapkan keharmonisan rumah tangga mereka. Dan alangkah indahnya ketika berbincang-bincang tersebut sambil menikmati makanan/minuman yang telah tersedia. Dengan demikian kenyamanan akan terasa di jiwa istri. Karena sesungguhnya, sang suami adalah sebagai orang yang baru dalam kehidupannya yang mana sebelumnya dia (istri) tidak terbiasa berduaan dengan laki-laki lain di suatu tempat. Sabda Baginda Rasulullah SAW : لاَيَقَعَنَّ أَحَدُكُمْ عَلَى امْرَأَتِهِ كَمَا يَقَعُ اْلبَهِيْمَةُ لِيَكُنْ بَيْنَهُمَا رَسُوْلٌ قِيْلَ وَمَا الَّرسُوْلُ قَالَ اْلقُبْلَةُ وَالْكَلاَمُ. “Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian berhubungan dengan istrinya sebagaimana yang dilakukan hewan ternak (langsung bersenggama). Hendaklah diantara keduanya menggunakan perantara (pendahuluan). Shahabat bertanya; Apakah yang dimaksud dengan perantara wahai Rasulullah?, Beliau menjawab; dengan ciuman dan perkataan yang indah”. Dan Beliau Baginda Rasulullah SAW juga bersabda : أَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ إِْيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَأَلْطَفُهُمْ بِأَهْلِهِ ( رواه الترمذي ) “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya dan paling belas kasih sayang kepada istrinya ” (H.R. Imam Turmudzi). Dan ketika suami istri hendak berhubungan disunahkan untuk membaca doa terlebih dahulu. Sebagaimana Sabda Baginda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya apabila seseorang diantara kalian berhubungan dengan istrinya dan membaca do’a : اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِي الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا “Dengan menyebut Nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rizki (anak) yang akan Engkau anugerahkan kepada kami” Maka apabila dari hubungan tersebut dikaruniai anak, tentu setan tidak akan bisa mengganggunya”. (H.R. Imam Bukhari/Muslim dari Sh. Ibnu Abbas R.A.) Imam Al-Ghozali berkata bahwa tidak diperkenankan bagi orang yang dalam keadaan junub memotong kukunya, rambutnya, atau apa saja dari tubuhnya, sebelum ia suci dari junubnya, karena segala sesuatu yang dilepas dari anggota badan akan meminta pertanggung jawaban kepadanya kelak dihari kiamat.( Ihya’ 2 / 52) Sesungguhnya masa-masa bulan madu adalah suatu masa yang paling indah. Maka hendaknya digunakan sebaik-baiknya oleh suami istri untuk bersilaturrahmi dengan kerabat-kerabatnya. Dan hendaknya suami mempelajari akhlak dan pilar agama istrinya yang tiga yaitu rukun iman, rukun islam dan rukun ihsan, karena keselamatan seseorang di Sisi Allah SWT ada di dalamnya. apabila terdapat kekurangan dalam hal itu, maka suami hendaknya sedikit demi sedikit membenahinya dengan penuh belas kasih sayang dan kesabaran. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT : قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا ( التحريم ٦ ) “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S. At-Tahrim 6) Apabila suami tidak mengetahui hal itu maka wajib baginya untuk mempelajarinya. Dan hendaknya suami memberitahukan kepada istrinya apa saja yang disukai ataupun tidak disukai, dan hendaknya mengingatkan jika ada kekurangan, agar istri tidak serba salah. Istri yang berkualitas pasti akan berusaha taat dan senantiasa berusaha untuk memperbaiki segala kekuranganya, maka sedikit demi sedikit rumah tangga akan dipenuhi keharmonisan dan keindahan. Sangat dianjurkan dalam syariat bagi suami untuk memperlakukan istri dengan lemah lembut dengan diselingi canda tawa yang tidak berlebihan karena bisa menghilangkan kewibawaanya dan bisa menjadikan rumah tangganya kacau. Dan bagi suami yang mampu hendaknya melengkapi segala kebutuhan istri dan rumah tangganya tanpa berlebihan, jika segala keinginan istri dikabulkan tanpa mengoreksinya terlebih dahulu maka ia akan menjadi budak istri dan pasti akan terjerumus ke lembah dosa, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW: تَعِسَ عَبْدُ الزَّوْجَةِ “Sungguh sangat celaka (seorang suami) yang menjadi budak istrinya” Dan juga Al-Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib R.A. berkata : وَاللهِ مَا أَصْبَحَ رَجُلٌ يُطِيْعُ إِمْرَأَتَهُ فِيْمَا تَهْوِي إِلاَّ أَكَبَّهُ الله ُِفي النَّارِ “Demi Allah, sesungguhnya seorang suami yang mengikuti segala keinginan istrinya (pasti) kelak akan dimasukkan ke neraka " Dan Imam Al-Ghozali berkata : Sesungguhnya suami yang akan dipertanggung jawabkan atas segala perilaku keluarganya, jika istri melakukan kesewenang-wenangan khususnya perbuatan yang melanggar syariat, dan suami diam/ menyetujuinya maka kehancuran dunia akhirat akan menantinya. Sabda Baginda Rasulullah SAW : لاَ يُفْلِحُ قَوْمٌ تَمْلِكُهُمْ إِمْرَأَةٌ ( رواه البخاري عن أبي بكرة ) “(Sungguh) tidak akan selamat dan beruntung suatu kaum yang dikuasai/dipimpin oleh wanita”. Dan hendaknya suami berusaha bangun tidur sebelum istrinya, agar bisa melaksanakan sholat fajar dan jamaah subuh pada waktunya, sebagai teladan yang baik bagi keluarganya. Dan memberitahukan kepada istrinya bahwa dirinya sangat senang dan bangga apabila ketika bangun tidur dia melihat istrinya sudah rapi, wangi serta memakai mukena, siap untuk melaksanakan sholat. Dan hal ini perlu dilanggengkan sepanjang masa untuk saling berlomba dalam bangun pagi. Karena sesungguhnya sholat subuh berjamaah mempunyai keunggulan yang sangat agung di sisi Allah SWT. Sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ شَهِدَ اْلعِشَاءَ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ لَيْلَةٍ وَمَنْ شَهِدَ الصُّبْحَ فَكَأَنَّمَا قَامَ لَيْلَةً “Barang siapa yang melakukan sholat ‘Isya’ berjamaah maka nilai pahalanya sama seperti orang yang tahajjud setengah malam. Dan barang siapa yang sholat Subuh berjamaah maka nilai pahalanya sama seperti orang yang tahajjud semalam suntuk”. (H.R. Imam Muslim) . Dan Orang yang melaksanakan sholat subuh berjamaah sungguh Allah SWT akan senantiasa melindunginya. Dan ini adalah suatu permulaan yang baik bagi suami istri yang menginginkan untuk mendapatkan keharmonisan dalam rumah tangganya demi mencapai kesejahteraan dunia akhirat. SIFAT CEMBURU sesungguhnya cemburu adalah hal yang wajar karena merupakan sifat manusiawi. Dan cemburu yang ada nilainya di Sisi Allah SWT adalah cemburu demi agama dan kehormatanya. Sabda Baginda Rasulullah SAW : إِنِّي لَغَيُوْرٌ وَمَا مِنِ امْرِئٍ لاَ يَغَارُ إِلاَّ مَنْكُوْسَ اْلقَلْبِ ( رواه أبو عمر التوقاني ) “Sesungguhnya aku (Nabi SAW) adalah sangat cemburu (demi agama dan kehormatan), dan tidak ada seorang laki-laki yang tidak memiliki kecemburuan kecuali orang yang terbalik (mati) hatinya (H.R. Imam Abu Umar At Tauqoniy). Imam Al-Ghozali berkata: "Apabila seseorang telah ditetapkan meninggal husnul khotimah bisa dipastikan bahwa dia akan lebih condong hatinya ke akhirat dan berpaling dari dunia. Sebaliknya bila seseorang ditetapkan meninggal su’ul khotimah, bisa dipastikan bahwa hatinya akan terbalik (dengan berpaling dari akhirat dan condong kepada dunia). Maka bisa dikhawatirkan bahwa orang yang tidak memiliki kecemburuan akan terbalik hatinya dan meninggal dalam keadaan su’ul khotimah". Na’udzu billah min dzalik. Dan hendaklah suami senantiasa menjaga kehormatan istri dan keluarganya serta menasehati mereka untuk selalu menutup aurat, dari pandangan yang bukan muhrimnya, diantaranya tidak berpakaian yang ketat agar tidak terlihat lekuk tubuhnya, selalu memakai jilbab agar tidak terlihat rambutnya, tidak bersenda gurau agar tidak terdengar keindahan suaranya, jangan berduaan dengan yang bukan muhrimnya apalagi berjabat tangan, sungguh hal itu sangat dimurkai Allah SWT, jika suami tidak mempedulikan maka akan terkena imbas dosanya sebagai orang yang tidak mempunyai kecemburuan. Imam Hasan bin Ali R.A. berkata : أَتَدَعُوْنَ نِسَاءَكُمْ لِيُزَاحِمْنَ اْلعَلُوْجَ ِفي اْلأَسْوَاقِ قَبَّحَ الله ُمَنْ لاَ يَغَارُ “Tegakah kalian membiarkan keluarga kalian berdesakan dengan lelaki lain di pasar ? Sungguh celaka orang yang tidak memiliki kecemburuan” Baginda Rasulullah SAW bertanya kepada putrinya (Sayyidatuna Fathimah Az Zahraa’ Al Batuul R.A.) : أَيُّ شَيْءٍ خَيْرٌ لِلْمَرْأَةِ ؟ “Wahai putriku apakah yang paling utama bagi seorang wanita..?” Sayyidah Fathimah R.A. menjawab : أَنْ لاَ تَرَى رَجُلاً وَلاَ يَرَاهَا رَجُلٌ “(Wahai ayahanda, sesungguhnya keutamaan bagi seorang wanita adalah), senantiasa berusaha untuk tidak melihat laki-laki yang bukan muhrimnya dan senantiasa berusaha untuk tidak dilihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.” Kemudian dengan penuh kebanggaan atas jawaban putrinya, Baginda Rasulullah SAW memeluknya dengan bersabda: ذُرِّيَّةٌ بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ “(Sungguh engkau adalah putriku) sesungguhnya keutamaan pribadimu adalah dari keutamaanku..” Namun tidak diperbolehkan bagi suami cemburu yang berlebihan. Imam Al-Ghozali berkata: “Hendaklah seorang suami seimbang dalam kecemburuan. Jangan sampai bersikap masa bodoh apabila melihat ada tanda-tanda awal (kemaksiatan istrinya). Dan sebaliknya jangan terlalu berlebihan mencurigai istrinya, atau menyelidiki perbuatan-perbuatan istrinya hanya berdasar kekhawatiran/dugaan belaka. Baginda Rasulullah SAW bersabda: إِنَّ مِنَ الغَيْرَةِ غَيْرَةً يَبْغُضُهَا الله ُعَزَّ وَجَلَّ وَهِيَ غَيْرَةُ الرَّجُلِ عَلَى أَهْلِهِ مِنْ غَيْرِ رِيبَةٍ ( رواه أبو داود عن جابر ) “Bahwa sesungguhnya diantara kecemburuan ada suatu cemburu yang dibenci oleh Allah SWT, yaitu cemburunya seorang suami pada istri tanpa ada data yang jelas (sekedar dugaan belaka)”. (H.R. Imam Abu Dawud dari Sh. Jabir R.A.). Adapun istri pasti tidak akan bisa lepas dari sifat cemburu kepada suami, karena ia peka perasaannya, namun istri yang berkualitas adalah yang pandai menanggulangi perasaanya dengan senantiasa berperasangka baik kepada suami, serta senatiasa berusaha melakukan berbagai hal yang membuat suami semakin bangga dan cinta kepadanya, sehingga keluarganya menjadi harmonis. Dan istri yang dangkal agamanya akan terbawa perasaanya sehingga selalu curiga kepada suami, dan akan menjadi sasaran empuk bagi bisikan setan dan antek-anteknya, diantaranya para wanita yang suka menggosip yang bisa menghancurkan rumah tangga orang lain, sehingga hatinya menjadi panas dan selalu bertanya kepada suami dan orang lain dari mana dan dengan siapa suaminya pergi, sehingga membuat suami tidak nyaman dan tidak betah bersamanya, maka dengannya kehidupan rumah tangga akan menjadi kacau. Bagi istri sholehah yang sedang berusaha mengindahkan rumah tangganya demi Allah SWT, di saat diganggu oleh bisikan-bisikan yang ada di dalam dirinya atau dikunjungi oleh wanita yang suka menggunjing aib orang lain dan membicarakan gemerlapnya dunia maka sangat dianjurkan baginya untuk memperbanyaki membaca Surat An-Naas dengan menghayati artinya. Dan juga senantiasa memperbanyaki membaca doa: رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيّاطِيْنِ وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنِ “Ya Allah, sesungguhnya saya memohon perlindungan kepada-Mu dari godaan-godaan setan dan dari datangnya setan kepadaku”. Maka dengan hal itu ia akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT, sehingga hatinya tidak terpengaruh. KEUTAMAAN WANITA SHOLEHAH DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA Selayaknya bagi seorang istri yang selalu mengharapkan keridloan Allah SWT, hendaknya taat kepada suaminya dan berusaha untuk menjadikan rumah tangganya laksana surga. Sabda Baginda Rasulullah SAW kepada seorang wanita yang telah berkeluarga yang artinya:“Apa yang kamu lakukan terhadap suamimu?, Wanita tersebut menjawab :“Wahai Baginda Rasulullah, saya senantiasa berkhidmah (melayani) suamiku sesuai kemampuanku.”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : “Waspadalah jangan sampai engkau teledor dalam melayani suamimu, sesungguhnya dia adalah surga atau nerakamu.(Jika berhasil melayani hingga puas maka surga baginya, jika tidak maka neraka akan menantinya)”. Dan Sabda Baginda Rasulullah SAW : إِذَا صَلَّتِ اْلمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيْلَ لَهَا أُدْخُلِي اْلجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ اْلجَنَّةِ شِئْتِ .(رواه الإمام أحمد ) “Apabila seorang istri melaksanakan sholat fardlu lima waktunya, dan berpuasa pada bulan Ramadlannya, dan menjaga kehormatannya, dan senantiasa taat pada suaminya, maka kelak (di akhirat) dikatakan kepadanya ; “Masuklah ke sorga melalui pintu mana saja yang engkau inginkan” . (H.R. Imam Ahmad R.A) Dan diterangkan dalam kitab ‘Uqudul Lujain yang artinya: " Selayaknya istri yang senantiasa mengharapkan keridloan Allah SWT hendaknya bersikap malu kepada suaminya, selalu menundukkan kepala di hadapan suami, selalu mentaati perintahnya, diam saat suami bicara, berdiri saat suami datang atau hendak bepergian, senantiasa menampakkan kecintaannya kepada suami, selalu memperlihatkan kegembiraan saat melihat suami, selalu menawarkan/ mempersilahkan dirinya kepada suami pada saat mau tidur, selalu memakai wangi-wangian, dan senantiasa membersihkan mulutnya dengan aroma yang harum, senantiasa berdandan memakai perhiasan di hadapan suaminya, dan tidak memakainya pada saat suaminya tidak berada di rumah”. Dan diterangkan dalam kitab tersebut yang artinya: Bahwa seorang ibu telah berwasiat kepada putrinya yang akan menikah agar putrinya bisa mendapatkan kehidupan yang sejahtera dunia akhirat: “Wahai putriku, peliharalah sepuluh perkara dalam berbakti kepada suamimu. Jadikanlah semua itu sebagai simpanan pahalamu di surga . 1. Hendaklah engkau senantiasa ridlo dan menerima atas pemberian suamimu. 2. Hendaklah engkau senantiasa taat pada perintah suamimu. 3. Hendaklah jangan sampai terlihat oleh suamimu sesuatu yang jelek pada dirimu 4. Hendaklah jangan sampai dia mencium darimu kecuali bau yang harum. 5. Hendaklah senantiasa memperhatikan waktu makan suamimu. Jika engkau teledor maka bisa membakar hatinya. 6. Hendaklah senantiasa memperhatikan waktu tidur suamimu. Jika engkau teledor sehingga ia kurang tidur maka bisa menyebabkannya marah. 7. Hendaklah engkau sebaik mungkin menjaga harta suamimu. 8. Hendaklah engkau memperhatikan sanak kerabat dan keluarga suamimu. 9. Hendaklah jangan sekali-kali engkau melanggar nasehat dan amanat suamimu. Karena denganya engkau telah membangkang dan menyakiti hatinya, 10. Hendaklah jangan sampai engkau membuka rahasia suamimu. karena denganya engkau telah menghianatinya. Shahabat Abdullah bin Umar R.A. berkata : عَلاَمَةُ كَوْنِ اْلمَرْأَةِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَنْ تَضْحَكَ لِزَوْجِهَا إِذَا أَقْبَلَ وَتَخُوْنَهُ إِذَا أَدْبَرَ "Tanda-tanda wanita penghuni neraka yaitu bermuka manis/tersenyum di hadapan suami (pura-pura setia), namun di belakangnya dia berkhianat”. Sabda Baginda Rasulullah SAW : خَيْرُ نِسَائِكُمْ مَنْ إِذَا نَظَرَ زَوْجُهَا سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ ِفي نَفْسِهَا وَمَالِهِ “Paling baiknya istri kalian jika dipandang menyejukkan hati , jika di perintah taat melaksanakan, jika ditinggal pergi senantiasa menjaga auratnya dan harta suaminya”. Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : أَرْبَعَةٌ مِنَ النِّسَاءِ ِفي اْلجَنَّةِ إِمْرَأَةٌ عَفِيْفَةٌ طَائِعَةٌ ِللهِ وَلِزَوْجِهَا, وَلُوْدٌ صَابِرَةٌ قَانِعَةٌ بِاْليَسِيْرِ مَعَ زَوْجِهَا, ذَاتُ حَيَاءٍ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا زَوْجُهَا حَفِظَتْ نَفْسَهَا وَمَالَهُ وَإِنْ حَضَرَ أَمْسَكَتْ لِسَانَهَا عَنْهُ , ِامْرَأَةٌ مَاتَ زَوْجُهَا وَلَهَا أَوْلاَدٌ صِغَار، فَحَبَسَتْ نَفْسَهَا عَلَى أَوْلاَدِهَا وَرَبَتْهُمْ وَأَحْسَنَتْ إِلَيْهِمْ وَلَمْ تَتَزَوَّجْ خَشْيَةَ أَنْ يَضِيْعُوْا. “Empat tanda wanita penghuni surga yaitu: 1. Wanita yang senantiasa menjaga kehormatan dirinya dan senantiasa taat pada Allah SWT dan suaminya. 2. Wanita yang suka dan siap untuk dianugerahi anak yang senantiasa bersabar serta menerima dan ridlo atas kesederhanaan hidup bersama suaminya. 3. Wanita yang mempunyai sifat pemalu. dan senantiasa menjaga kehormatannya dan menjaga harta suaminya walaupun suaminya tidak di rumah. Dan senantiasa menjaga lidahnya sehingga tidak menyakiti hati suaminya. 4. Wanita yang sabar dan ridlo atas meninggalnya suami dan tidak menikah lagi karena takut anak-anaknya terlantar". Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : لَيَسْتَغْفِرُ لِلْمَرْأَةِ اْلمُطِيْعَةِ لِزَوْجِهَا الطَّيْرُ ِفي اْلهَوَاءِ وَاْلحِيْتَانُ ِفي اْلمَاءِ وَاْلمَلاَئِكَةُ ِفي السَّمَاءِ مَا دَامَتْ ِفي ِرضَا زَوْجِهَا “Sesungguhnya burung-burung yang beterbangan di udara, ikan-ikan yang berada di dalam air dan para malaikat yang berada di langit, akan senantiasa memohonkan ampunan kepada Allah SWT bagi istri yang senantiasa taat kepada suaminya sehinga mendapatkan ridlonya”. Demikian pula Baginda Rasulullah SAW telah memberikan kabar gembira bagi para istri sholehah yang menjadikan rumah tangganya sebagai ladang pahala untuk mendapatkan keridloan Allah SWT, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW kepada Sayyidatuna Fathimah Az-Zahraa’ Al-Batuul R.A. : يَا فَاطِمَةُ، أَيُّمَا امْرَأَةٍ طَحَنَتْ لِزَوْجِهَا وَأَوْلاَدِهَا إلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهَا بِكُلِّ حَبَّةٍ مِنَ القَمْحِ حَسَنَةً، وَمَحَا عَنْهَا سَيِّئَةً، وَرَفَعَ لَهَا دَرَجَةً. "Wahai putriku Fathimah, seorang isteri yang memasak gandum/ nasi untuk suami dan anak-anaknya maka Allah SWT menetapkan baginya dari setiap satu butir gandum/ nasi berupa satu (pahala) kebaikan dan menghapus satu (dosa) kejelekan dan mengangkat satu derajat untuknya". يَا فَاطِمَةُ، أَيُّمَا امْرَأَةٍ عَرِقَتْ عِنْدَ طَحِيْنِهَا لِزَوْجِهَا إلاَّ جَعَلَ اللهُ بَيْنَهَا وَبَيْنَ النَّارِ سَبْعَ خَنَادِقَ. "Wahai putriku Fathimah. Seorang istri yang berkeringat ketika memasak gandum/nasi untuk suaminya maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh benteng perlindungan, (yang setiap satu benteng sejauh perjalanan 500 tahun)". يَا فَاطِمَةُ، أَيُّمَا امْرَأَةٍ دَهَنَتْ رُؤُوْسَ أَوْلاَدِهَا وَسَرَّحَتْهُمْ وَغَسَلَتْ ثِيَابَهُمْ إلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهَا أَجْرَ مَنْ أَطْعَمَ أَلْفَ جَائِعٍ وَكَسَا أَلْفَ عُرْيَانٍ. "Wahai putriku Fathimah. Seorang istri yang meminyaki dan menyisir rambut anaknya dan mencuci pakaian mereka maka baginya pahala memberi makan seribu orang yang sedang lapar dan pahala memberi pakaian kepada seribu orang yang membutuhkannya". يَا فَاطِمَةُ، أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ رِضَاالزَّوْجِ عَنْ زَوْجَتِهِ،, أَمَا تَعْلَمِيْنَ يَافَاطِمَةُ، أَنَّ رِضَاالزَّوْجِ مِنْ رِضَااللهِ تَعَالَى، وَسَخَطُهُ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى. "Wahai putriku Fathimah. Yang lebih utama dari itu semua adalah keridloan suami kepada istrinya. Ketahuilah wahai putriku Fathimah, sesungguhnya keridloan suami adalah keridloan Allah SWT, dan kemurkaan suami adalah kemurkaan Allah SWT". إِذَا حَمَلَتِ المَرْأَةُ بِالْجَنِيْنِ فِيْ بَطْنِهَا اسْتَغْفَرَتْ لَهَا المَلاَئِكَةُ، وَكَتَبَ اللهُ لَهَا كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ، وَمَحَا عَنْهَا أَلْفَ سَيِّئَةٍ، "Wahai putriku Fathimah. Selagi seorang istri hamil, maka para malaikat memohonkan ampunan untuknya, dan Allah SWT menetapkan setiap hari baginya seribu pahala kebaikan dan menghapus darinya seribu dosa (kejelekan)". فَإِذَا جَاءَهَا الطَلْقُ كَتَبَ اللهُ لَهَا ثَوَابَ المُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى "Dan pada saat datang rasa sakit untuk melahirkan, maka Allah SWT menetapkan pahala yang sangat agung baginya seperti orang yang jihad/perang di jalan Allah SWT" . فَإِذَا وَضَعَتْ حَمْلَهَا خَرَجَتْ مِنْ ذُنُوْبِهَا كَيَوْمَ وَلَدَتْهَا أُمُّهَا . وَلَمْ تَخْرُجْ مِنَ الدُنْيَا وَعَلْيْهَا مِنَ الذُنُوْبِ شَيْءٌ، وَتَجِدُ قَبْرَهَا رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ، وَأَعْطَاهَا اللهُ تَعَالَى ثَوَابَ أَلْفِ حَجَّةٍ وَأَلْفِ عُمْرَةٍ، وَيَسْتَغْفِرُ لَهَا أَلْفُ مَلَكٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. "Dan di saat melahirkan, maka dihapus semua dosa-dosanya sehingga bersih dari segala dosa seperti ketika baru dilahirkan, dan besar harapannya jika meninggal dunia tidak membawa dosa sekecil apapun, dan kuburannya laksana taman surga yang sangat indah, dan Allah SWT memberinya pahala seribu orang yang haji dan seribu orang yang umroh, dan seribu malaikat senantiasa memohonkan ampunan untuknya sampai hari kiamat". وأَيُّمَا امْرَأَةٍ خَدَمَتْ زَوْجَهَا يَوْمًا وَلَيْلَةً بِطِيْبِ نَفْسٍ وَإِخْلاَصٍ وَنِيَّةٍ صَادِقَةٍ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهَا ذُنُوْبَهَا كُلَّهَا، وَأَلْبَسَهَا يَوْمَ القِيَامَةِ حُلَّةً خَضْرَاءَ، وَكَتَبَ لَهَابِكُلِّ شَعْرَةٍ فِيْ جَسَدِهَا أَلْفَ حَسَنَةٍ، وَأَعْطَاهَا الله مِائَةَ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ. "Dan seorang istri yang senantiasa mengabdi kepada suami di waktu siang ataupun malam dengan rasa senang dan tulus ikhlas serta niat demi mendapatkan ridlo Allah SWT, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya, dan kelak pada hari kiamat Allah SWT akan menganugerahinya busana keagungan yang sangat indah berwarna hijau, dan Allah SWT menetapkan baginya dari setiap satu helai rambut yang ada di seluruh tubuhnya seribu pahala kebaikan dan Allah SWT memberinya pahala seratus orang yang haji dan umroh". يَا فَاطِمَةُ، أَيُّمَا امْرَأَةٍ تَبَسَّمَتْ فِيْ وَجْهِ زَوْجِهَا إِلاَّ نَظَرَ اللهُ لَهَا بِعَيْنِ الرَّحْمَةِ. "Wahai putriku Fathimah. Setiap kali seorang istri tersenyum manis pada suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan penuh belas kasih sayang". يَا فَاطِمَةُ، أَيُّمَا امْرَأَةٍ فَرَشَتْ لِزَوْجِهَا بِطِيْبِ نَفْسٍ إِلاَّ نَادَاهَا مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: اسْتَقْبِلِيْ العَمَلَ، فَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكِ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكِ وَمَا تَأَخَّرَ. "Wahai Putriku Fathimah. Seorang istri yang mengindahkan tempat tidur suaminya dengan senang hati maka akan berkumandang seruan dari langit untuknya:… ”(Wahai istri yang sholehah), lakukanlah selalu yang terbaik untuk suamimu, sungguh Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa-dosamu yang telah lewat ataupun yang akan datang”. يَا فَاطِمَةُ، أَيُّمَا امْرَأَةٍ دَهَنَتْ رَأْسَ زَوْجِهَا وَلِحْيَتَهُ، وَقَصَّتْ شَارِبَهُ، وَقَلَمَتْ أَظَافِرَهُ إِلاَّ سَاقَاهَا اللهُ مِنَ الرَّحِيْقِ المَخْتُوْمِ، وَمِنْ أَنْهَارِ الجَنَّةِ، وَهَوَّنَ اللهُ عَلَيْهَا سَكَرَاتِ المَوْتِ، وَتَجِدُ قَبْرَهَا رَوْضًا مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ، وَيَكْتُبُ اللهُ لَهَا بَرَاءَةً مِنَ النَّارِ، وَالجوَازَ عَلَى الصِّرَاطِ "Wahai putriku Fathimah, Seorang istri yang senantiasa merawat suaminya dengan meminyaki rambut kepala dan jenggotnya dan merapikan kumisnya dan memotong kukunya, maka Allah SWT akan memberikan minuman segar yang masih tersegel utuh, dan memberinya minuman yang lezat dari sungai surga, dan Allah SWT akan meringankan sakaratul mautnya, dan menjadikan kuburannya laksana taman surga dan menetapkan baginya terbebas/selamat dari neraka dan akan bisa melewati jembatan (shirat) dengan selamat)”. Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : إِذَا غَسَلَتْ الْمَرْأَةُ ثِيَابَ زَوْجِهَا كَتَبَ اللهُ لَهَا أَلْفَ حَسَنَةٍ وَغَفَرَ لَهَا أَلْفَ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهَا أَلْفَ دَرَجَةٍ ، وَاسْتَغْفَرَ لَهَا كُلُّ شَيْءٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَمْسُ “Sesungguhnya apabila seorang istri yang sholehah mencucikan pakaian suaminya maka Allah SWT menetapkan baginya pahala seribu kebaikan, dan mengampuni seribu dosa (kejelekannya), dan mengangkat untuknya seribu derajat, dan senantiasa memohonkan ampun untuknya segala sesuatu yang disinari matahari (alam semesta)”. Sayyidah ‘Aisyah R.A. berkata : صَرِيْرُ مِغْزَلِ اْلمَرْأَةِ يَعْدِلُ التَّكْبِيْرَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، وَأَيُّمَا امْرَأَةٍ كَسَتْ زَوْجَهَا مِنْ غَزْلِهَا كَانَ لَهَا بِكُلِّ سُدىً مِائَةُ أَلْفِ حَسَنَةٍ “Sesungguhnya seorang istri yang memberikan baju kepada suami dari hasil jahitannya maka baginya dari setiap satu helai benang seratus ribu pahala kebaikan dan suara mesin jahitnya sebanding dengan nilai pahala takbir dalam jihad/ perang fii sabiilillah”. Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : أَمَا تَرْضَى إِحْدَاكُنَّ أَيَّتُهَا النِّسَاءُ إنَّهَا إِذَا كَانَتْ حَامِلاً مِنْ زَوْجِهَا وَهُوَ عَنْهَا رَاضٍ أَنَّ لَهَا مِثْلَ أَجْرِ الصَائِمِ القَائِمِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. وَإِذَا أَصَابَهَا الطَلْقُ لَمْ يَعْلَمْ أَهْلُ السَمَاءِ وَالأَرْضِ مَا أُخْفِىَ لَهَا مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ. فَإِذَا وَضَعَتْ لَمْ يَخْرُجْ مِنْ لَبَنِهَا جُرْعَةٌ وَلَمْ يُمَصَّ مِنْ ثَدْيِهَا مَصَّةٌ إِلاَّ كَانَ لَهَا بِكُلِّ جُرْعَةٍ وَبِكُلِّمَصَّةٍ حَسَنَةٌ، فَإِنْ أَسْهَرَهَا لَيْلَةً كَانَ لَهَا مِثْلُ أَجْرِ سَبْعِيْنَ رَقَبَةً تُعْتِقُهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ بإِخْلاَصٍ “Wahai para istri sholehah yang sedang hamil, berbahagialah kalian. Sesungguhnya jika seorang istri hamil dan suaminya ridlo, maka baginya pahala orang berpuasa dan jihad/perang fii sabilillah, dan pada saat datangnya rasa sakit hendak melahirkan maka baginya pahala yang agung, yang tidak diketahui oleh penghuni langit dan penghuni bumi rahasia keagungannya, demi untuk menyenangkan hatinya. Dan setiap tegukan air susu yang diminum anaknya, baginya satu pahala (kebaikan). Dan jika tidak bisa tidur karena menjaga anaknya, baginya pahala memerdekakan 70 budak fii sabilillah dengan ikhlas”. Intinya: seorang istri sholehah yang senantiasa berbakti dan setia pada suaminya sehingga suaminya ridlo padanya maka dia akan dimasukan surga. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW : أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ – (رواه الترمذي) “Sesungguhnya apabila ada seorang istri meninggal dunia dan suaminya ridlo kepadanya (atas kesetiaannya selama hidupnya), maka akan dimasukkan ke surga”. (H.R. Imam Turmudzi ). Dan hendaknya istri sholehah dalam melakukan aktivitas sehari-hari senantiasa disertai niat demi ridlo Allah SWT, agar mendapatkan keutamaan-keutamaan di atas. Imam Al-Ghozali berkata: Seorang istri yang sholehah di saat suaminya tidak di rumah hendaknya tidak berhias namun senantiasa menyibukkan diri dengan memperbanyaki sholat, membaca Al-Qur'an dan dzikir dan senantiasa berdoa demi keselamatan suami, dan jika suami di rumah maka hendaknya senantiasa memuncakkan keindahan suasana rumah tangganya dengan berhias diri, bergembiraria, bersenda-gurau, dan melakukan hal-hal yang bisa menggairahkan suaminya, agar suaminya bisa terhibur dan hilang kelelahan dan kesusahan yang dialaminya serta merasakan bahwa rumahnya laksana surga. HAL-HAL YANG HENDAKNYA DILAKUKAN SAAT ISTRI HAMIL Hendaknya seorang istri sholehah yang sedang hamil senantiasa memperbanyaki membaca Al-Qur’an, khususnya surat Inna Anzalnaahu fii Lailatil Qodr dan surat Alam Nasyroh dan juga senantiasa memperbanyaki dzikrulloh, khususnya : لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ اَسْتَغْفِرُ اللهَ Dan juga senantiasa memperbanyaki membaca sholawat kepada Baginda Rasulullah SAW, khususnya: اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ اْلقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ خَلْقِ اللهِ بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ “Ya Allah limpahkanlah sholawat (rahmat ta’dhim) dan salam sejahtera dari-Mu kepada junjungan kami Baginda Nabi Muhammad SAW, dokter dan obat bagi hati kami, penyelamat dan penyembuh diri kami, yang menyinari dan menerangi jiwa kami, sumber kekuatan dan stamina ruh kami, dan juga limpahkanlah sholawat (rahmat ta’dhim) dan salam sejahtera dari-Mu kepada para keluarga dan sahabat beliau SAW sebanyak bilangan makhluk-Mu dan sekekal keabadian kekuasaan-Mu Ya Allah “ Dengan menaruh telapak tangan diatas perutnya agar turun rahmat Allah SWT sehingga hati menjadi tenang. Firman Allah SWT: أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ( الرعد ٢٨) “Ingatlah bahwa sesungguhnya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tentram” . (Q.S. Ar-Ra’d 28). Sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ ( غذاء الألباب) "Barang siapa bersholawat kepadaku satu kali maka Allah SWT akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan akan mengampuni sepuluh dari dosa-dosanya". Demikian juga hendaknya suami melakukan hal tersebut khususnya di saat istrinya sedang tidur dengan menaruh telapak tanganya di atas perut istrinya. Dan hendaknya suami istri berusaha menjaga lidah dari menggunjing aib orang lain agar janin tidak terkena imbasnya. Dan bagi istri hendaknya berusaha mengurangi keluar dari rumah agar selamat dari serangan setan. Nyidam bagi istri adalah hal yang wajar, namun tidak di perkenankan untuk berpura-pura, karena hal tersebut adalah sifatnya orang munafik, yang bisa berakibat fatal bagi janin. Dan di saat kandungan berusia tujuh bulan hendaknya suami bersedekah dengan beras ataupun lainnya kepada fakir miskin demi keselamatan serta kebaikan ibu dan janinnya. Dan di saat mau melahirkan hendaknya suami istri memperbanyaki membaca Surat Alam Nasyroh, Surat Al-Quroisy, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan Annas, dan juga dzikrulloh. لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ اَسْتَغْفِرُ اللهَ Dan hendaknya suami istri siap dan menerima atas anugerah Allah SWT baik anak laki-laki atau perempuan karena keduanya sama-sama mempunyai keutamaan. KEISTIMEWAAN ANAK PEREMPUAN Pada umumya seorang suami akan bangga jika istrinya melahirkan anak laki-laki. Karena akan bisa menjadi tangan kanan dan wakilnya, khususnya di saat sudah tua. Namun tidak perlu kecewa apabila istrinya melahirkan anak perempuan. Karena sesungguhnya anak perempuan juga mempunyai keistimewaan yang sangat agung di sisi Allah SWT. Sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ كَانَ لَهُ إِبْنَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَغَذَاهَا فَأَحْسَنَ غِذَاءَهَا وَأَسْبَغَ عَلَيْهَا مِنَ النِّعْمَةِ الَّتِي أَسْبَغَ الله ُعَلَيْهِ كَانَتْ لَهُ مَيْمَنَةٌ وَمَيْسَرَةٌ مِنَ النَّارِ إِلَى اْلجَنَّةِ ( رواه الطبراني عن ابن مسعود ) “Barang siapa memiliki anak perempuan dan mendidiknya dengan baik agar menjadi wanita sholehah, dan memberi makanan yang terbaik baginya dengan penuh belas kasih sayang, maka Allah SWT akan menyelamatkannya dari neraka dan memasukannya ke surga”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : مَا مِنْ أَحَدٍ يُدْرِكُ إِبْنَتَيْنِ فَيُحْسِنُ إِلَيْهِمَا مَا صَحِبَتَاهُ إِلاَّ أَدْخَلَتَاهُ اْلجَنَّةَ ( رواه الحاكم وابن ماجه ) “Sesungguhnya, siapapun yang memiliki dua anak perempuan, dan senantiasa merawatnya dengan penuh belas kasih sayang, maka kelak akan dimasukkan ke surga”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : مَنْ كَانَتْ لَهُ إِبْنَتَانِ أَوْ أُخْتَانِ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِمَا مَا صَحِبَتَاهُ كُنْتُ أَناَ وَهُوَ ِفي اْلجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ ( رواه الترمذي ) “Sesungguhnya, siapapun yang memiliki dua anak perempuan atau dua saudari perempuan, dan senantiasa merawat dan mendidiknya dengan baik serta dengan penuh belas kasih sayang maka kelak di surga akan bersamaku ” Baginda Rasulullah SAW bersabda : مَنْ خَرَجَ إِلَى سُوْقٍ مِنْ أَسْوَاقِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاشْتَرَى شَيْئًا فَحَمَلَهُ إِلَى بَيْتِهِ فَخَصَّ بِهِ اْلإِنَاثَ دُوْنَ الذُّكُوْرِ نَظَرَ الله ُإِلَيْهِ وَمَنْ نَظَرَ الله ُإِلَيْهِ لمَ ْيُعَذّبِهْ. ُ(رواه الخرائطي ) “Barang siapa senantiasa belanja di pasar untuk keluarganya dan senantiasa lebih mengutamakan kebutuhan putri-putrinya dari pada yang lain, maka sangat diharapkan baginya akan dipandang oleh Allah SWT dengan belas kasih sayang, dan sesungguhnya barang siapa dipandang oleh Allah SWT dengan belas kasih sayang maka pasti akan diselamatkan dari siksaan-Nya”. (H.R. Imam Kharaithiy). Baginda Rasulullah SAW bersabda : مَنْ كَانَتْ لَهُ ثَلاَثُ بَنَاتٍ أَوْ أَخَوَاتٍ فَصِبَرَ عَلَى َلأَوَائِهِنَّ وَضَرَائِهِنَّ أَدْخَلَهُ الله ُاْلجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُنَّ فَقَالَ رَجُلٌ وَثِنْتَانِ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ وَثِنْتَانِ فَقَالَ رَجُلٌ أَوْ وَاحِدَةٌ فَقَالَ وَوَاحِدَةٌ . ( رواه الحاكم ) “Barang siapa memiliki tiga anak perempuan atau tiga saudari perempuan dan senantiasa sabar dalam merawat dan mendidiknya dengan penuh belas kasih sayang, sungguh Allah SWT akan memasukkannya ke surga. Shahabat bertanya “Bagaimana jika memiliki dua anak perempuan wahai Rasulullah ?”, Baginda Rasulullah SAW menjawab ; “Demikian pula dua anak perempuan”. shahabat yang lain bertanya ; “Bagaimana kalau hanya satu wahai Rasulullah ?”, Baginda Rasulullah pun menjawab; “Demikian pula satu”. (H.R. Imam Hakim). Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : الْبَيْتُ الَّذِيْ فِيْهِ الْبَنَاتُ يُنْزِلُ اللهُ فِيْهِ كُلَّ يَوْمٍ اثْنَتَيْ عَشَرَةَ رَحْمَةً، وَلاَ تَنْقَطِعُ زِيَارَةُالمَلاَئِكَةِ مِنْ ذَلِكَ البَيْتِ وَيَكْتُبُوْنَ لأَبَوَيْهِنَّ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عِبَادَةَسَبْعِيْنَ سَنَةً “Sesungguhnya setiap rumah yang terdapat anak perempuan, maka setiap hari Allah SWT menurunkan 12 Rahmat. Dan para malaikat senantiasa mengunjungi rumah tersebut serta mencatat bagi kedua orang tuanya setiap sehari semalam pahala amal ibadah 70 tahun”. Sesungguhnya keistimewaan tersebut akan bisa didapatkan oleh seorang yang senantiasa ridlo dan bahagia mempunyai anak perempuan dan senantiasa sabar merawat dan mendidiknya dengan penuh cinta dan belas kasih sayang demi meraih ridlo Allah SWT. Baginda Rasulullah SAW bersabda: مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ فَأَذَّنَ ِفي أُذُنِهِ اْليُمْنَى، وَأَقَامَ ِفي أُذُنِهِ اْليُسْرَى دُفِعَتْ عَنْهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ (رواه البيهقي عن الحسين بن علي رضي الله عنهما) "Barang siapa yang dikaruniai seorang anak laki-laki atau perempuan kemudian mengumandangkan adzan pada telinga kanannya dan mengumandangkan iqomat pada telinga kirinya, sungguh akan terlindung dari gangguan setan dan jin.” Dan sangat dianjurkan pada hari ketujuh dari kelahiran anak untuk memberi nama yang baik, memotong rambut kepalanya serta bersedekah demi keselamatan dan kebaikannya, dan yang lebih utama mengaqiqohi serta mensunatinya pada hari tersebut. Sabda Baginda Rasulullah SAW : وَيُدْمَى فِي السَّابِعِ "Dan hendaknya disunati pada hari ketujuh". sabda Baginda Rasulullah SAW : الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى Sesungguhnya anak itu tergadaikan dengan aqiqohnya maka hendaknya diaqiqohi pada hari ketujuh dan juga dicukur rambutnya serta diberi nama yang baik Dan sesungguhnya wajib bagi orang tua memberi nama bagi anaknya dengan nama yang baik sesuai dengan anjuran syariat , sabda Baginda Rasulullah SAW: إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِاَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِأَبآئِكُمْ فَأَحْسِنُوْا أَسْمَاءَكُمْ ( رواه أبو داود عن أبي الدرداء – إحياء ) “Sesungguhnya kalian semua kelak pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama kalian dan nama orang tua kalian, maka pilihlah nama yang terbaik bagi anak kalian”. Maka jika terlanjur memberi nama yang kurang bagus pada anaknya, hendaklah mengganti dengan nama yang baik. Imam Al-Ghozaliy dalam kitab Ihya’nya 2/56 menyebutkan: “Sesungguhnya Baginda Nabi SAW selalu mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik ". Adapun aqiqoh yang dianjurkan dalam syariat yaitu kambing yang memenuhi syarat untuk qorban, dua kambing untuk anak laki-laki dan satu kambing untuk anak perempuan, jika tidak mampu maka boleh satu kambing untuk anak laki-laki atau perempuan. Dan aqiqoh bisa dilaksanakan kapan saja ia mampu. Dan sangat dianjurkan bagi orang tua mengajari kalimat Laailaaha illallah di saat anaknya mulai bisa bicara, dengan harapan agar menjadi awal dan akhir kata dalam kehidupannya, sabda Baginda Rasulullah SAW : مِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ "Sesungguhnya kunci surga adalah kalimat Laailaaha illallah". Dan sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ "Barang siapa yang akhir perkataanya kalimat Laailaaha illallah akan masuk surga". MENDIDIK DAN MEMPERHATIKAN AGAMA KELUARGA Sabda Baginda Rasulullah SAW : طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ “Sesungguhnya menuntut ilmu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki atau perempuan”. Sesungguhnya wajib bagi orang tua mendidik dan memberi contoh keluarganya tentang kewajiban agama dan akhlaq yang mulia sejak masih kecil agar mereka menjadi terbiasa dan mudah menjalankanya disaat dewasa. Dan bagi suami hendaknya senantiasa memperhatikan perilaku keluarganya, terutama ibadah istri dan anak-anaknya, agar bisa memperbaiki atas kesalahan mereka dan mengajarkan sesuau yang diperlukanya. Jika ia tidak tahu maka wajib baginya menuntut ilmu demi keselamatan diri dan keluarganya. Karena apapun bentuk ibadah yang tidak didasari dengan ilmu, Allah SWT tidak akan menerimanya. Sebagaimana yang telah dicantumkan dalam kitab ‘Zubad’: فَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ ۞ أَعْمَالُهُ مَرْدُوْدَةٌ لاَ تُقْبَلُ “Sesungguhnya setiap orang yang melakukan amal ibadah tanpa ilmu, maka amalnya ditolak (tidak diterima oleh Allah SWT) “. Dan hendaknya orang tua memberi pemahaman kepada putra-putrinya tentang kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya, karena mencintai mereka adalah pondasi agama. Sesungguhnya penyesatan aqidah sudah merajalela ada yang mencintai ahli bait dan membenci para sahabat dan ada yang sebaliknya. Namun aqidah ahli sunnah waljamaah telah bersepakat bahwa mencintai Baginda Rasulullah SAW dan keluarganya serta para sahabatnya secara menyeluruh adalah wajib bagi kita. Bahkan keselamatan dan keutamaan ada di dalamnya. Imam Jalaludin Assuyuti dalam kitab tafsir Ad-Durrul-Mansur dalam menafsiri ayat قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْراً إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى (الشورى ) Katakanlah: "Aku tidak meminta kepada kalian semua (wahai umatku) sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kebijakan dan kasih sayang pada keluargaku" (Q.S. Asy-Syuuro 23), beliau menyebutkan hadits Baginda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Sayidina Al-Imam Hasan Bin Ali RA : عَنِ اْلحَسَنِ بْنِ عَلِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ شَيْءٍ أَسَاسٌ وَأَسَاسُ اْلإِِسْلاَمِ حُبُّ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحُبُّ أَهْلِ بَيْتِهِ .(الدر المنثور للامام جلال الدين السيوطي ) Sesungguhnya berdirinya sesuatu harus ada pondasinya, dan pondasi islam adalah cinta para sahabat dan keluarga Baginda Rasulullah SAW Dan di sebutkan dalam kitab Marqotul Mafatih lil-Imam Al-Mula Ali Alqori 17/496 Dari Sayidina Ibnu 'Abbas RA beliau berkata : "Bahwa pada saat turunnya ayat tersebut para shahabat bertanya: " Ya Rasulallah Siapakah para kerabatmu yang wajib bagi kami untuk mencintainya dan berbijaksana kepadanya?". Baginda Nabi SAW bersabda : عَلِي وَفَاطِمَةُ وَابْنَاهُمَا "Sesungguhnya mereka adalah Ali, Fathimah dan keturunannya ". Dan sesungguhnya orang yang berbijaksana kepada mereka akan mendapatkan berbagai keistimewaan dari Allah SWT, sebaliknya orang yang membenci atau berbuat dholim pada mereka akan mendapatkan kemurkaan Allah SWT. sabda Baginda Rasulullah SAW : مَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ شَهِيْداً ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ مَغْفُوْراً لَهُ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ تَائِباً ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ مُؤْمِناً مُسْتَكْمِلَ اْلإِيْمَانِ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ بَشَّرَهُ مَلَكُ اْلمَوْتِ بِاْلجَنَّةِ ، ثُمَّ مُنْكَرُ وَنَكِيْرُ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ يُزَفُّ إِلَى اْلجَنَّةِ كَمَا تُزَفُّ اْلعَرُوْسُ إِلَى بَيْتِ زَوْجِهَا ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ فُتِحَ لَهُ ِفي قَبْرِهِ بَابَانِ إِلَى اْلجَنَّةِ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ جَعَلَ الله ُقَبْرَهُ مَزَارَ مَلاَئِكَةِ الرَّحْمَةِ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى حُبِّ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ عَلَى السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى بُغْضِ آلِ مُحَمَّدٍ جَاءَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَكْتُوْبًا بَيْنَ عَيْنَيْهِ آيِسٌ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى بُغْضِ آلِ مُحَمَّدٍ مَاتَ كَافِراً ، أَلاَ وَمَنْ مَاتَ عَلَى بُغْضِ آلِ مُحَمَّدٍ لَمْ يَشُمَّ رَائِحَةَ اْلجَنَّةِ " (الكشاف للإمام أبي القاسم الزمخشري 6/192) "Sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia meninggal dalam keadaan syahid. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia diampuni dosa-dosanya. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia diterima taubatnya. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia ditetapkan sebagai orang mukmin yang sempurna imannya. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia akan diperlihatkan keindahan surga oleh Malaikat Maut dan Malaikat Munkar Nakir. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia kelak akan diarak menuju surga laksana pengantin yang diarak untuk dipertemukan dengan mempelainya. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia kelak di kuburannya akan dibukakan dua pintu menuju surga. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia dikuburannya akan selalu diziarahi Malaikat Rohmat. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa cinta pada ahli bait Nabi SAW maka dia meninggal dalam aqidah ahli sunnah waljama'ah. Dan Sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa kebencian pada ahli bait Nabi SAW maka dia pada hari kiamat nanti akan tertulis di jidatnya "Terputus dari Rahmatnya Allah SWT". Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa kebencian pada ahli bait Nabi SAW maka dia akan mati kafir. Dan sesungguhnya orang yang meninggal dengan membawa kebencian pada ahli bait Nabi SAW maka dia tidak akan mencium bau surga". Dan juga menanamkan di hati putra-putrinya kecintaan kepada para shahabat Rasulullah SAW. Karena sesungghnya mereka telah dipilih oleh Allah SWT sebagai shahabat Rasul terkasihnya. Dan Allah SWT telah memuji mereka dalam Firman-Nya : مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ... (الفتح 29) "Sesungguhnya Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah SWT, dan orang-orang yang bersama dengan beliau (para shahabatnya) adalah (bersifat) tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi (bersifat) lembut (penuh belas kasih sayang) terhadap sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridloan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…." (Q.S. Al-Fath 29). Dan sabda Baginda Nabi SAW : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِى فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ " (تفسير القرآن للامام ابن كثير 7 /363) "Dari shahabat Abu Hurairah RA bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda "janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Allah SWT yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, seandainya kalian berinfak emas sebesar gunung uhud sungguh tidak akan bisa memyamai keutamaan mereka sedikitpun". Dan sabda Baginda Nabi SAW : اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي اللَّهَ اللَّهَ فِي أَصْحَابِي لاَ تَتَّخِذُوهُمْ غَرَضًا بَعْدِي فَمَنْ أَحَبَّهُمْ فَبِحُبِّي أَحَبَّهُمْ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ فَبِبُغْضِي أَبْغَضَهُمْ وَمَنْ آذَاهُمْ فَقَدْ آذَانِي وَمَنْ آذَانِي فَقَدْ آذَى اللَّهَ وَمَنْ آذَى اللَّهَ يُوشِكُ أَنْ يَأْخُذَهُ. (الكتاب : تفسير القرآن للامام ابن كثير 6/480) Bertaqwalah kalian kepada Allah SWT dalam masalah sahabatku, janganlah kalian merendahkan martabat mereka setelah aku meninggal, sesungguhnya mencintai mereka berarti mencintai aku, membenci mereka berarti membenciku, Dan barang siapa menyakiti mereka berarti menyakitiku, barang siapa menyakitiku berarti menyakiti Allah, Dan barang siapa menyakiti Allah SWT maka Allah SWT akan membinasakanya, Dan bagi yang tidak mampu mengajari anak-anaknya maka hendaknya menyuruh belajar kepada orang alim yang sholeh atau memondokkannya ditempat orang alim yang sholeh. Sabda Baginda Rasulullah SAW : لاَ يَلْقَى اللهَ سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى أَحَدٌ بِذَنْبٍ أَعْظَمَ مِنْ جَهَالَةِ أَهْلِهِ “Sesungguhnya dosa yang terbesar di Sisi Allah SWT yaitu menelantarkan pendidikan agama keluarga". Sabda Beliau Rasulullah SAW : اَلله َ اَلله َ فِيْ النِّسَاءِ فَإِنَّهُنَّ أَمَانَاتٌ عِنْدَكُمْ، فَمَنْ لَمْ يَأْمُرْ اِمْرَأَتَهُ بِالصَّلاَةِ وَلَمْ يُعَلِّمْهَا فَقَدْ خَانَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ “Bertaqwalah kalian semua kepada Allah SWT dalam urusan istri kalian, sesungguhnya mereka amanat Allah SWT bagi kalian. Maka, barang siapa tidak memerintahkan mereka melaksanakan sholat dan tidak mengajarinya, sungguh dia telah berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya”. Dan hendaknya orang tua juga membekali anak-anaknya dengan ilmu umum agar tidak ketinggalan zaman dan berusaha menciptakan pergaulan yang baik bagi mereka dengan mengajaknya mengunjungi orang-orang sholeh, majlis ta'lim, maulid, sholat jum'at dan kegiatan agama lainya agar mereka kenal dan bergaul dengan orang-orang yang menuju keridloan Allah SWT. Karena jika orang tua membiarkan anak-anaknya mencari pergaulan sendiri walaupun telah mendidik dan membekalinya dengan ilmu agama, namun dengan pergaulan yang jelek dikhawatirkan akan terpengaruh juga, terutama pada zaman sekarang ini, yang telah merata kerusakan moral dimana-mana, apalagi jika tidak membekalinya dengan pendidikan agama maka bisa terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan. Bahkan tidak mustahil meninggalkan sholat dan kewajiban agama lainya, sehingga bisa meninggal su’ul khotimah, Naudzu billah min dzalik.dan menyeret orang tuanya ke neraka. Imam Al Faqih Abu Laits As-Samarqandiy dalam kitabnya Al-Jawaahir menyebutkan : إِنَّ أَوَّلَ مَا يَتَعَلَّقُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أَهْلُهُ وَأَوْلاَدُهُ وَيَقُوْلُوْنَ يَا رَبَّنَا خُذْ لَنَا حَقَّنَا مِنْ هَذَا الرَّجُلِ فَإِنَّهُ لَمْ يُعَلِّمْنَا اُمُوْرَ دِيْنِنَا وَكَانَ يُطْعِمُنَا اْلحَرَامَ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ فَيُضْرَبُ عَلَى كَسْبِ الْحَرَامِ حَتىَّ يَتَجَرَّدَ لَحْمُهُ ثُمَّ يُذْهَبُ بِهِ إِلَى الِّنيْرَانِ “Sesungguhnya anak dan istri yang pertama kali akan menuntut pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT. Disaat akan dimasukkan keneraka mereka berkata : “Ya Allah Tuhan kami, ambilah hak kami dari laki-laki ini, sesungguhnya ia tidak mendidik kami tentang urusan agama kami. Dan ia memberi kami makanan yang haram, sedang kami tidak mengetahui”. Kemudian laki-laki tersebut disiksa oleh para malaikat atas perbuatanya yang haram sehingga terkelupas dagingnya dan dimasukkan ke neraka.” Dan, jika seseorang telah berusaha semaksimal mungkin mendidik anak dan istrinya dengan baik, namun mereka tetap membangkang, maka kelak pada hari kiamat, ia akan diselamatkan oleh Allah SWT dari tuntutan mereka. Karena itulah, hendaknya orang tua membiasakan sholat berjamaah, membaca Al-Qur'an, berdzkir, bersholawat dan membaca wirid bersama keluarganya, seperti Ratibul ‘Aththas, Ratibul Haddad dan lain-lainya. agar anak-anaknya mengenal dan terbiasa melakukan kebaikan-kebaikan sejak usia dini sehingga menjadi watak baik yang tidak akan ditinggalkan. Dan sebagaimana syariat telah menganjurkan kepada istri untuk mengharumkan dirinya demi suami terutama jika keluar bau tidak enak dari badannya, demikian juga suami hendaklah melakukan hal yang sama. Jika suami tidak mengindahkan hal itu maka ia telah membebani istrinya dengan ujian yang berat. Karena kebiasaan istri tidak berani menegurnya dan merasa malu untuk mengatakannya. Namun istri yang sholehah pasti akan senantiasa memaklumi dan membantu suaminya untuk mencarikan solusi (jalan keluar) dari hal itu, misalnya dengan memberikan minuman daun sirih yang direbus, atau menaruh minyak wangi di baju yang akan dipakai suaminya. Karena bau yang tak sedap bukan hanya mengganggu istrinya, bahkan bisa mengganggu orang lain di saat duduk /kumpul bersama, khususnya ketika menjalankan sholat berjamaah, karena mengganggu orang yang sholat sangat dimurkai oleh Allah SWT. Jika istri senantiasa taat pada suaminya dan senantiasa memperhatikan dan meng-indahkan kepribadian suaminya, maka hari demi hari, cinta sang suami kepada istrinya akan semakin memuncak. Dan seorang ibu, hendaknya mengajarkan putri-putrinya untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, misalnya; memasak, membuat kue, mencuci dan lain sebagainya, serta diberi tugas sebagian dari pekerjaan rumah tangga agar terbiasa melakukannya, sehingga nanti tidak akan mengalami kesulitan dalam membina rumah tangganya. Dan juga mengajari sopan-santun dan tata-krama ketika menjamu tamu. Dan hendaknya seorang ibu membiasakan putrinya untuk terbuka kepadanya atas segala permasalahan hidup yang dihadapinya, misalnya; ada seorang lelaki yang mendekatinya atau ia tertarik kepada seorang laki-laki, agar bisa mengantisipasi terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan. Dan hendaknya ibu memberi penjelasan dan nasehat kepada putrinya tentang bahaya pergaulan yang tidak diperbolehkan agama, agar putrinya selamat dan menjadi wanita sholehah . Hendaknya seorang ibu memilih bahan makanan yang bergizi dan sehat, tidak hanya asal enak, agar anak-anaknya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Dan hendaknya di waktu memasak senantiasa memperbanyaki berdzikir, bersholawat atau berdoa dengan menghayati artinya. Karena masakan yang disertai denganya akan menjadi barokah, dan menjadi obat jasmani serta rohani bagi dirinya, suaminya, anak-anaknya dan siapa saja yang ikut memakannya. Diantara dzikir yang mempunyai keutamaan yang sangat agung yaitu: سُبْحَانَ اللهِ , وَاْلحَمْدُِللهِ , وَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُ, اَلله ُاَكْبَرُ, "Maha suci Allah SWT, Segala puji bagi Allah. Tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Allah maha Besar". Dan diantara sholawat yang perlu dibaca yaitu : اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ اْلقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَقُوْتِ اْلأَرْوَاحِ وَغِذَائِهَا وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ خَلْقِ اللهِ بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ “Ya Allah limpahkanlah solawat (rahmat ta’dhim) dan salam sejahtera dari-Mu kepada junjungan kami Baginda Nabi Muhammad SAW, dokter dan obat bagi hati kami, penyelamat dan penyembuh diri kami, yang menyinari dan menerangi jiwa kami, sumber kekuatan dan stamina ruh kami, dan juga limpahkanlah sholawat (rahmat ta’dhim) dan salam sejahtera dari-Mu kepada para keluarga dan sahabat Beliau SAW sebanyak bilangan makhluk-Mu dan sekekal keabadian kekuasaan-Mu Ya Allah “ Dan diantara doa yang perlu dibaca yaitu : اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “Ya Allah limpahkanlah kepada kami keberkahan pada apa yang engkau anugerahkan kepada kami dan lindungilah kami dari siksa api neraka “ Hendaknya orang tua membiasakan keluarganya untuk makan bersama, Imam Sufyan R.A. telah berkata : إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَأْكُلُوْنَ جَمَاعَةً (إحياء ٢ / ٤٩) "Sesungguhnya Allah SWT dan para Malaikat-Nya senantiasa menurunkan Rohmat/Ampunan kepada suatu keluarga yang makan secara bersama-sama”. Dan hendaknya orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya doa sebelum dan sesudah makan sebagaimana yang dianjurkan oleh Imam Al-Ghozali yaitu: DOA SEBELUM MAKAN بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ “Dengan menyebut Nama Allah Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang”. اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ “Ya Allah limpahkanlah kepada kami keberkahan pada apa yang Engkau anugerahkan kepada kami dan lindungilah kami dari siksa api neraka“ DOA SESUDAH MAKAN اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي اَطْعَمَنَا هَذَا الطَّعَامَ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنَّا وَلاَ قُوَّةٍ “Segala puji bagi Allah SWT Dzat yang telah memberikan makanan ini kepada kami tanpa ada daya dan upaya dari kami “ اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَتَتَنَزَّلُ اْلبَرَكَاتُ “Segala puji bagi Allah SWT Dzat yang dengan anugerah nikmat-Nya menjadikan sempurnanya segala kebaikan dan turunnya keberkahan-keberkahan". أَللَّهُمَّ أَطْعِمْنَا طَيِّباً وَاسْتَعْمِلْنَا صَالِحًا "Ya Allah, anugerahilah kami makanan yang halal dan baik dan berilah kami taufiq denganya untuk bisa melakukan kebaikan-kebaikan" اَلْحَمْدُ ِللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ “Segala puji bagi Allah SWT atas segala anugerah-Nya" أَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ قُوَّةً لَنَا عَلَى مَعْصِيَّتِكَ "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan makanan ini sebagai kekuatan kami untuk bermaksiat kepada-Mu”. بِلُطْفِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ “ (Kabulkanlah Ya Allah), dengan Belas Kasih Sayang-Mu, Kedermawanan-Mu, dan Kebaikan-Mu wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih Sayang”. وَصَلَّى الله ُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ “Semoga Shalawat (Rahmat Ta’dhim) Allah SWT dan Salam Sejahtera-Nya senantiasa melimpah kepada Junjungan kami Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga dan shahabat-shahabatnya. Dan juga mengajarkan kepada anak-anaknya mendoakan orang tuanya yang telah memberi makan: أَللَّهُمَّ أكْثِرْ خَيْرَهُ بَارِكْ لَهُ فِيْمَا رَزَقْتَهُ وَيَسِّرْ لَهُ أَنْ يَفْعَلَ فِيْهِ خَيْرًا. وَقَنِّعْهُ بِمَا أَعْطَيْتَهُ وَاجْعَلْنَا وَإِيَّاهُ مِنَ الشَّاكِرِيْنَ “Ya Allah, anugerahilah dia kebaikan yang banyak, dan berilah keberkahan terhadap segala yang Engkau anugerahkan kepadanya, serta mudahkanlah baginya untuk bisa melakukan kebaikan dan jadikanlah dia untuk bisa qona’ah (menerima dengan ridlo) terhadap segala yang Engkau berikan kepadanya serta jadikanlah kami dan dia sebagai orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Mu ”. بِلُطْفِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ “(Kabulkanlah Ya Allah) dengan Belas Kasih Sayang-Mu, Kedermawanan-Mu, dan Kebaikan-Mu wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih Sayang”. وَصَلَّى الله ُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ “ Semoga Shalawat (Rahmat Ta’dhim) Allah SWT dan Salam Sejahtera-Nya senantiasa melimpah kepada Junjungan kami Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga dan shahabat-shahabatnya.” KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI HADAPAN ALLAH SWT Sesungguhnya semua manusia, laki-laki maupun perempuan, di ciptakan Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya. Firman Allah SWT : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ ( الذاريات ٥٦ ) “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku” (Q.S. Adz Dzaariyaat 56 ). Bahkan sorang wanita bisa mencapai derajat yang lebih tinggi dari pada laki-laki, Sebagaimana disebutkan oleh Ulama Sholihin : اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ رَجُلٍ سُوْءٍ “Sesungguhnya seorang wanita sholehah di Sisi Allah SWT lebih utama derajatnya dibanding seribu laki-laki yang jelek akhlaqnya." Dan sesungguhnya dengan sifat adil dan kebijaksanaan-Nya Allah SWT telah memilihkan tugas yang terbaik bagi laki-laki dan perempuan sesuai dengan perbedaan sifat dan fisiknya, agar bisa menuju keridloan-Nya, dan kelak diakhirat mereka akan mendapatkan imbalan sesuai dengan amal perbuatanya sekecil apapun. Firman Allah SWT : فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ ( الزلزلة ٧– ٨) Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” . (Q.S. Az Zalzalah : 7 – 8 ). Dan dengan kehendaknya Allah SWT telah menciptakan laki-laki dengan sifat perkasa jasmani dan rohaninya agar bisa menegakkan agama, melindungi keluarga dan membimbingnya menuju keridloan-Nya. Dan telah menciptakan wanita dengan sifat lemah lembut, baik jasmani dan rohaninya untuk mengabdi dan menentramkan hati suami agar mudah menuju keridloan-Nya. Diumpamakan suami adalah ujung panah untuk menuju keridloan Allah SWT dan istri adalah ekor panah yang bisa menyeimbangkan melesatnya panah tepat pada sasarannya. Jadi, mengurus rumah tangga, merawat anak, melayani kebutuhan suami, adalah ibadah yang sesuai dengan qodrat wanita. dan berjuang menegakkan agama, melindungi keluarga serta membimbing menuju keridloan-Nya adalah ibadah yang sesuai dengan kodrat laki-laki. Maka, dengan hal tersebut, kedua belah pihak (suami istri) akan saling membantu dan membutuhkan. Dengan tulus hati akan melaksanakan tugasnya masing-masing demi tercapainya ridlo Allah SWT, sehingga rumah tangganya menjadi harmonis penuh dengan kesejukan, kedamaian, dan kesejahteraan dunia sampai akhirat. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI OLEH WANITA SHOLEHAH Sabda Baginda Rasulullah SAW : وَاطَّلَعْتُ ِفي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ ( رواه الإمام أحمد عن أنس ) “Sungguh telah diperlihatkan kepadaku keadaan penghuni neraka. Dan aku lihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah wanita”. Disebutkan dalam kitab ‘Uqudul Lujain : لِقِلَّةِ طَاعَتِهِنَّ ِللهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَِلأَزْوَاجِهِنَّ وَكَثْرَةِ تَبَرُّجِهِنَّ "Disebabkan karena kebanyakan para wanita kurang taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, kurang taat kepada suaminya dan sering memamerkan dirinya (dengan bersolek dan berdandan, di saat keluar rumah )”. Baginda Rasulullah SAW bersabda kepada Sayidina Ali K.W dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra' RA: يَا عَلِيُّ، لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِيْ إِلَى السّمَاءِ رَأَيْتُ نِسَاءً مِنْ أُمَّتِيْ يُعَذَّبْنَ فِيْ النَارِ، فَبَكَيْتُ لَمَّا رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ عَذَابِهِنَّ “Wahai Ali. Pada malam perjalanan Isra’ Mi’raj, aku diperlihatkan oleh Allah SWT beberapa wanita dari umatku yang disiksa di neraka dengan berbagai macam siksaan yang sangat pedih, sehingga aku menangis sedih tak tega melihat dahsyat dan pedihnya penderitaan mereka". Sayyidah Fathimah Az-Zahraa’ R.A. seketika bangkit berdiri dengan berkata : يَا حَبِيْبِيْ وَقُرَّةَ عَيْنِيْمَا كَانَ أَعْمَالُ هَؤُلاَءحَتَّى وَقَعَ عَلَيْهِنَّ هَذَا الْعَذَابُ ؟ “Wahai ayahanda tercinta sumber kebahagiaan hatiku, sesungguhnya apakah yang telah dilakukan oleh para wanita tersebut hingga mendapatkan siksaan yang sangat pedih sekali?” Baginda Rasulullah SAW bersabda : يَابُنَيَّةُ، أَمَّا الْمُعَلّقَةُ بِشَعْرِهَا فَإٍنَّهَا كَانَتْ لاَ تُغَطِّى شَعْرَهَا مِنَ الرِّجَال ِ “Wahai putriku tercinta, sesungguhnya wanita yang digantung dengan rambutnya, karena dia tidak menutupinya dari laki-laki lain (yang bukan muhrim)". وَأَمَّا الْمُعَلّقَةُ بِلِسَانِهَا فَإِنَّهَا كَانَتْ تُؤْذِى زَوْجَهَا "Adapun wanita yang digantung dengan lidahnya karena dia telah menyakiti suami (dengan perkataanya)". وَأَمَّا الْمُعَلّقَةُ بِثَدْيَيْهَا فَإِنَّهَا كَانَتْ تُوْطِئُ فِرَاشَ زَوْجِهَا "Adapun wanita yang digantung dengan payudaranya karena dia telah berselingkuh ". وأََمَّا الَتِيْ شُدَّ رِجْلاَهَا إِلَى ثَدْيَيْهَا وَيَدَاهَا إِلَى نَاصِيَتِهَا وَقَدْ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهَا الْحَيَّاتِ وَالْعَقَارِبِ فَإِنَّهَا كَانَتْ لاَ تَغْتَسِلُ مِنَ الْجَنَابَةِ وَالْحَيْضِ، وَتَسْتَهْزِئُ بِالصَلاَةِ "Adapun wanita yang diikat kakinya hingga payudaranya dan diikat tangannya hingga ubun-ubun kepalanya dan Allah SWT menguasakan ular dan kalajengking untuk senantiasa menggigit dan menyiksanya, karena dia tidak mandi junub, tidak mandi haid dan dia menyepelekan sholat". وأََمَّا الَتِيْ رَأْسُهَا رَأْسُ خِنْزِيْرٍ وَبَدَنُهَا بَدَنُ حِمَارٍ فَإِنَّهَا كَانَتْ نَمَّامَةً كَذَّابَةً. "Adapun wanita yang kepalanya berupa kepala babi dan badannya berupa badan keledai dan disiksa dengan beribu-ribu siksaan, karena dia suka menfitnah dan suka berbohong". وأََمَّا الَتِيْ عَلَى صُوْرَةِ الْكَلْب،ِ وَالنَّارُ تَخُلُ مِنْ فِيْهَا وَتَخْرُجُ مِنْ دُبُرِهَا، فَإِنَّهَا كَانَتْ مَنَّانَةً حَسَّادَة ً. "Adapun wanita yang berbentuk anjing dan api dimasukkan dari mulutnya dan keluar dari duburnya karena dia suka mengungkit-ungkit kebajikannya dan dengki kepada orang lain. وَ يَا بُنَيَّةُ، اَلْوَيْلُ لاِمْرَأَةٍ تَعْصِى زَوْجَهَا Dan ingatlah wahai putriku, sungguh sangat celaka sekali wanita yang durhaka kepada suaminya”. Dan sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Ghozali R.A.: فَعَلَيْهَا طَاعَةُ الزَّوْجِ مُطْلَقًا ِفي كُلِّ مَا طُلِبَ مِنْهَا ِفي نَفْسِهَا مِمَّا لاَ مَعْصِيَّةَ فِيْهِ “Sesungguhnya wajib bagi seorang istri taat kepada suaminya secara mutlak (dalam segala hal) kecuali yang dilarang oleh Allah SWT". (Ihya juz 2 hal 59) Sayyidah ‘Aisyah R.A. bertanya kepada Baginda Rasulullah SAW : أَيُّ النَّاسِ أَعْظَمُ حَقًّا عَلىَ اْلمَرْأَةِ ؟ “(Wahai Baginda Rasulullah),Siapakah manusia yang paling agung haknya bagi seorang wanita ?” Baginda Rasulullah SAW menjawab : زَوْجُهَا “Sesungguhnya manusia yang paling agung haknya bagi wanita adalah suaminya”. Sayyidah ‘Aisyah bertanya lagi : فَأَيُّ النَّاسِ أَعْظَمُ حَقًّا عَلَى الرَّجُلِ ؟ “Siapakah orang yang paling agung haknya bagi seorang laki-laki ?” Beliau Rasulullah SAW menjawab: أُمُّهُ “Sesungguhnya orang yang paling agung haknya bagi seorang laki-laki adalah ibunya”. Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : ثَلاَثَةٌ لاَيَقْبَلُ الله ُلَهُمْ صَلاَةً وَلاَ تُرْفَعُ لَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ حَسَنَةٌ َاْلعَبْدُ اْلآبِقُ مِنْ سَيِّدِهِ حَتىَّ يَرْجِعَ , وَاْلمَرْأَةُ السَّاخِطُ عَلَيْهَا زَوْجُهَا حَتىَّ يَرْضَى , وَالسَّكْرَانُ حَتىَّ يَصْحُو ( رواه ابن خزيمة وابن حبان والبيهقي عن جابر ) “Sesungguhnya ada tiga golongan yang tidak diterima sholatnya oleh Allah SWT dan tidak dinaikkan ke langit amal kebaikannya, 1. Budak yang kabur dari tuannya sampai dia pulang kembali 2. Wanita yang di murkai suami sampai ia ridlo kepadanya 3. Orang yang mabuk sampai dia sadar " Seorang wanita bertanya kepada Baginda Rasulullah SAW: “Wahai Baginda Rasulullah. Saya adalah utusan dari kaum wanita untuk bertanya bahwa; Jihad telah diwajibkan bagi kaum laki-laki. Jika menang, mereka mendapatkan keuntungan dan pahala, jika gugur, mereka tetap hidup mulia di Sisi Allah SWT dengan mendapatkan berbagai macam anugrah-Nya. Dan kami para istrinya yang senantiasa mengabdi dan mendukung mereka, apakah yang akan kami dapatkan ?" Baginda Rasulullah SAW bersabda : أَبْلِغِي مَنْ لَقِيْتِ مِنَ النِّسَاءِ أَنََّ طَاعَةَ الزَّوْجِ وَاعْتِرَافاً بِحَقِّهِ يَعْدِلُ ذَلِكَ، وَقَلِيْلٌ مِنْكُنَّ مَنْ يَفْعَلُهُ “Sampaikanlah kepada para wanita yang engkau temui, bahwa: Taat kepada suami dan mengakui haknya, dapat membandingi keutamaan tersebut (jihad). Dan sangatlah sedikit dari kalian kaum wanita yang mau melaksanakannya". Sabda Baginda Rasulullah SAW : أَيُّمَا امْرَأَةٍ كَلِحَتْ ِفي وَجْهِ زَوْجِهَا فَهِيَ ِفي سُخْطِ اللهِ إِلَى أَنْ تُضَاحِكَهُ وَتَسْتَرْضِيَهُ “Sesungguhnya Allah SWT sangat murka kepada seorang istri yang cemberut di hadapan suami sampai ia berusaha untuk menghibur suami hingga tersenyum dan meridloinya” Diriwayatkan oleh shahabat Abdur Rahman bin ‘Auf R.A. bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda : أَيُّمَا امْرَأَةٍ دَعَاهَا زَوْجُهَا إِلَى فِرَاشِهِ فَسَوَّفَتْ بِهِ حَتىَّ يَنَامَ فَهِيَ مَلْعُوْنَةٌ “Apabila istri diajak suami ke tempat tidur namun ia menunda-nunda hingga suami ketiduran, maka Allah SWT akan mela'natinya” Baginda Rasulullah SAW bersabda : أَيُّمَا امْرَأَةٍ رَفَعَتْ صَوْتَهَا عَلَى زَوْجِهَا إِلاَّ لَعَنَهَا كُلُّ شَّيْئٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ “Sesungguhnya seorang istri yang berbicara kepada suaminya dengan suara yang keras maka akan dikutuk oleh segala sesuatu yang disinari matahari (alam semesta)”. Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا لَمْ تُفَرِّجْ عَنْ زَوْجِهَا فِيْ ضِيْقِهِ لَعَنَهَا اللهُ تَعَالَى وَغَضِبَ عَلَيْهَا وَلَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ أَجْمَعُوْنَ “Sesungguhnya seorang istri yang tidak berusaha menghibur suaminya di saat mengalami kesedihan maka Allah SWT dan seluruh malaikat akan murka dan melaknatinya “. Shahabat Abu Dzar Al-Ghiffari meriwayatkan bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda : إِنَّ امْرَأَةً عَبَدَتْ عِبَادَةَ أَهْلِ السَّمَوَاتِ وَأَهْلِ اْلأَرْضِ ثُمَّ أَدْخَلَتْ عَلَى زَوْجِهَا اْلغَمَّ مِنْ جِهَةِ النَّفَقَةِ إِلاَّ جَاءَتْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَيَدُهَا مَغْلُوْلَةٌ إِلَى عُنُقِهَا وَرِجْلُهَا مُقَيَّدَةٌ وَسِتْرُهَا مَهْتُوْكٌ وَوَجْهُهَا كَالِحٌ وَتَعَلَّقَ بِهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاٌظ شِدَادٌ يَهْوُوْنَ بِهَا ِفي النَّارِ “Sesungguhnya seorang istri walaupun beribadah seperti ibadahnya seluruh penghuni langit dan bumi, namun dia senantiasa menyusahkan dan membebani suaminya dalam masalah nafkah, maka kelak pada hari kiamat akan dibelenggu tangannya hingga ke lehernya, dirantai kakinya, wajahnya menjadi seram, dan diseret ke neraka oleh para malaikat yang sangat ganas“. Dan juga hendaknya istri tidak membelanjakan harta suami dan hartanya sendiri selain dengan izinya karena diri dan kehidupannya adalah milik suami seutuhnya. Baginda Rasulullah SAW bersabda : خَلَقَ اللهُ تَعَالَى فِيْ سَمَاءِ الدُنْيَا سَبْعِيْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يَلْعَنُوْنَ كُلَّ امْرَأَةٍ تَخُوْنُ زَوْجَهَا فِيْ مَالِهِ، وَكَانَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ السَّحَرَةِ وَالْكَهَنَةِ وَإِنْ أَفْنَتْ عُمْرَهَا فِيْ خِدْمَةِ زَوْجِهَا Sesungguhnya istri yang senantiasa menghianati harta suaminya akan dikutuk oleh tujuh puluh ribu malaikat. Dan kelak pada hari kiamat akan dikumpulkan bersama tukang sihir dan dukun sesat, walaupun semasa hidupnya senantiasa melayani suaminya”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَخَذَتْ مِنْ مَالِ زَوْجِهَا بِغَيْرِ إِذْنِهِ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهَا وِزْرُ سَبْعِيْنَ أَلْفَ سَارِقٍ “Sesungguhnya sorang istri yang mencuri harta suaminya, maka baginya dosa tujuh puluh ribu pencuri”. Dan juga Sabda Baginda Rasulullah SAW : إِنَّ الله َلاَ يَنْظُرُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menyayangi seorang istri yang tidak berterima kasih atas pemberian suaminya”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : أَيُّمَا امْرَأَةٍ قَالَتْ لِزَوْجِهَا مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ، إِلاَّ آيَسَهَا اللهُ تَعَالى مِنْ رَحْمَتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Sesungguhnya seorang istri yang suka menghina suaminya maka kelak pada hari kiamat akan terputus dari Rahmatnya Allah SWT ”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : إِذَا قَاَلتِ اْلمَرْأَةُ لِزَوْجِهَا طَلِّقْنِي جَاءَتْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَوَجْهُهَا لاَ لَحْمَ فِيْهِ وَلِسَانُهَا خَارِجٌ مِنْ قَفَاهَا وَتُهْوَي إِلَى قَعْرِ جَهَنَّمَ وَإِنْ كَانَتْ تَصُوْمُ النَّهَارَ وَتَقُوْمُ اللَّيْلَ دَائِمًا “Sesungguhnya seorang istri yang minta cerai (tanpa alasan yang dibenarkan syariat), maka kelak pada hari kiamat wajahnya seperti tengkorak, lidahnya menjulur keluar dari tengkuknya, dan dilemparkan ke dalam jurang neraka walaupun semasa hidupnya senantiasa berpuasa sepanjang hari dan sholat semalam suntuk”. Baginda Rasulullah SAW bersabda : لَوْ أَنَّ اْلمَرْأَةَ مَلَكَتِ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا وَأَنْفَقَتِ اْلجَمِيْعَ عَلَى زَوْجِهَا ثُمَّ مَنَّتْ عَلَيْهِ بَعْدَ حِيْنٍ إِلاَّ أَحْبَطَ اللهُ عَمَلَهَا وَحَشَرَهَا مَعَ قَارُوْنَ “Sesungguhnya sebanyak apapun seorang istri memiliki harta, dan memberikan semuanya kepada suami untuk kebutuhan bersama, kemudian dia mengungkit-ungkitnya, maka Allah SWT tidak akan menerima semua amal ibadahnya, dan kelak akan dikumpulkan dengan qorun”. KEUTAMAAN WANITA DI DALAM RUMAH Sesungguhnya ladang pahala yang terbesar bagi seorang wanita/istri berada di dalam rumahnya. Sabda Baginda Rasulullah SAW: أَقْرَبُ مَا تَكُوْنُ الْمَرْأَةُ مِنْ وَجْهِ رَبِّهَا إِذَا كَانَتْ فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا وَإِنَّ صَلاَتَهَا فِيْ صُحْنِ دَارِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ الْمَسْجِدِ، وَصَلاَتَهَا فِيْ بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ صُحْنِ دَارِهَا، وَصَلاَتَهَا فِيْ مُخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِيْ بَيْتِهَا “Sesungguhnya paling dekatnya seorang wanita di Sisi Allah SWT, ketika berada di dalam rumahnya. Dan sesungguhnya sholatnya seorang wanita di ruang tamu rumahnya lebih utama dari pada sholatnya di masjid. Dan sholatnya seorang wanita di dalam kamarnya lebih utama dari pada sholatnya di ruang tamu.” Baginda Rasulullah SAW bersabda : صَلاَةُ اْلمَرْأَةِ وَحْدَهَا تَفْضُلُ عَلَى صَلاَتِهَا ِفي اْلجَمْعِ بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً ( رواه الديلمي عن ابن عمر ) “Sesungguhnya sholatnya seorang wanita sendirian di dalam rumahnya lebih utama dua puluh lima kali lipat dari pada sholatnya di masjid berjamaah. (H.R. Imam Ad-Dailamiy dari Sh. Ibnu Umar R. A.). Sabda Baginda Rasulullah SAW : وَمَا الْتَمَسَتِ الْمَرْأَةُ وَجْهَ اللَّهِ بِمِثْلِ أَنْ تَقْعُدَ فِي بَيْتِهَا وَتَعْبُدَ رَبَّهَا وَتُطِيعَ بَعْلَهَا “Sesungguhnya ibadah yang paling utama bagi seorang wanita/istri dalam mencari keridloan Allah SWT yaitu berada (menetap) di dalam rumahnya dan senantiasa taat kepada suaminya”. HUKUM WANITA KELUAR RUMAH Imam Al-Ghozali berkata yang artinya : “Sesungguhnya keluar rumah bagi wanita tidak dilarang apabila ada suatu kepentingan dan wajib mendapatkan izin lebih dahulu dari suami atau orang tuanya, dan hendaknya menjaga aurat dan pandangan mata dan secepatnya pulang. Sesungguhnya keselamatan bagi seorang wanita berada di rumahnya". (Ihya’ 2 / 49). Baginda Rasulullah SAW bersabda : مَا خَرَجَتْ إمْرَأَةٌ مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَا بِغَيْرِ إِذْنِهِ إِلاَّ لَعَنَهَا كُلُّ شَيْءٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ حَتىَّ الْحِيْتَانُ ِفي اْلبَحْرِ “Sesungguhnya seorang istri yang keluar rumah tanpa ijin suami akan dilaknat oleh segala sesuatu yang disinari oleh matahari (alam semesta) hingga ikan-ikan yang berada di lautan”. Sabda Baginda Rasulullah SAW : اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ ، فَإِذَا خَرَجَتْ اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. أخرجه الترمذي. “Sesungguhnya seluruh tubuh wanita itu aurat. Jika ia keluar rumah pasti setan akan menyertainya ". Hendaknya wanita sholehah di saat keluar mewaspadai hal tersebut, dengan menjaga aurat dan sikapnya serta memperbanyaki dzikir dan secepatnya pulang kerumah. MENYEMANGATKAN SUAMI UNTUK BERBUAT KEBAJIKAN Istri sholehah yang senantiasa mengabdi kepada suami demi Allah SWT, maka akan mendapatkan pahala yang sama dengan apa yang diperoleh suaminya di Sisi Allah SWT. Karena itulah hendaknya seorang istri senantiasa mendorong (menyemangatkan) suami untuk melakukan kebajikan-kebajikan, agar suaminya mendapatkan kemuliaan di Sisi Allah SWT. Yang terutama menyemangatkan suami agar senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya, senantiasa bersilaturrahmi menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya, senantiasa berkumpul dengan ulama’-ulama’ sholihin agar memperoleh ilmu dan digolongkan bersama mereka. Sabda Baginda Rasulullah SAW : اَلدَّالُّ عَلَى اْلخَيْرِ كَفَاعِلِهِ “Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan, akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukannya” Dan hendaknya istri yang sholehah senantiasa menghargai dan memuliakan kerabat-kerabat suami, walaupun pada saat suaminya mengalami ketidak cocokan dengan saudara-saudaranya, apalagi kepada orang tuanya. Dan senantiasa dengan penuh kebijakan berusaha meredakannya, agar kehidupan suami bersama keluarganya menjadi indah, damai dan tentram. Karena jika suami memutuskan hubungan silaturrahim dengan saudara-saudaranya atau tidak berbakti kepada orang tuanya, maka Allah SWT akan murka kepadanya, semua amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah SWT, dan akan jauh dari Rahmat-Nya. Maka denganya kehidupan rumah tangga akan menjadi kacau, jauh dari kedamaian dan keberkahan. Dan sesungguhnya hal itu adalah ujian yang sangat berat bagi istri sholehah yang ingin mengabdi kepada suami demi meraih ridlo Allah SWT. Sungguh sangat jarang sekali seorang istri yang memiliki suami yang dimurkai oleh Allah SWT bisa selamat, karena istri adalah milik suami seutuhnya dan suami akan memaksanya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Maka, jika ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan hal itu semua, namun suami masih tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT sampai meninggal dunia, maka ia akan diselamatkan oleh Allah SWT. Dan suaminya akan mendapatkan siksaan yang sangat pedih. Sebagaimana yang terjadi antara Fir'aun dan istrinya (Sayyidah Asiyah RA). Sabda Baginda Rasulullah SAW : وَمَنْ صَبَرَتْ عَلَى سُوءِ خُلُقِ زَوْجِهَا أَعْطَاهَا الله ُثَوَابَ آسِيَةَ امْرَأَةَ فِرْعَوْنَ “Sesungguhnya seorang istri yang senantiasa sabar atas kejelekan akhlak dan perbuatan suami, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang agung seperti pahala Sayyidah Asiyah RA istri Fir’aun”. Dan hendaknya istri sholehah senantiasa memperbanyaki membaca doa di bawah ini dengan menghayati artinya agar bisa sabar menghadapi segala hal : غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. "Ampunilah kami ya Allah Tuhan kami, dan hanya kepada Engkau-lah tempat kembali. Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Ia mendapatkan pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapatkan siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Allah Tuhan kami, maklumilah kami serta ma'afilah kami apabila kami lupa atau melakukan kesalahan. Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tak mampu memikulnya. Beri ma'aflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah (sayangilah) kami, hanya Engkau-lah penolong kami. Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". Dan juga senantiasa memperbanyaki membaca dengan menghayati artinya : أَللَّهُمَّ اْلطُفْ بِنَا فِيْمَا جَرَتْ بِهِ اْلمَقَادِيْرُ . يَا لَطِيْفُ يَا عَلِيْمُ يَا خَبِيْرُ "Ya Allah, berikanlah keringanan kepada kami atas segala taqdir (ketentuan-Mu) kepada kami. Wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih Sayang, Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui, Wahai Dzat Yang Mengawasi/Memahami keadaan makhluk-makhluk-Nya". يَا لَطِيْفُ لَمْ يَزَلْ أُلْطُفْ بِنَا فِيْمَا نَزَلَ إِنَّكَ لَطِيْفٌ لَمْ تَزَلْ أُلْطُفْ بِنَا وَاْلمُسْلِمِيْنَ “Wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih Sayang, limpahkanlah Belas Kasih sayang-Mu kepada kami atas segala sesuatu yang menimpa kami. Sesungguhya hanya Engkau-lah Dzat Yang Maha Memberi Belas Kasih Sayang. Limpahkanlah selalu Belas Kasih Sayang-Mu kepada kami dan kepada orang-orang Islam". KESEIMBANGAN DALAM MEMBERI NAFKAH Imam Al-Ghozali berkata : "Hendaknya suami mengambil jalur tengah dalam bidang nafkah, tidak pelit dan tidak boros. Firman Allah SWT : كُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ. (الأعراف ٣١) “Makan dan minumlah (kalian) dan janganlah berlebih-lebihan..” (Q.S. Al A’raaf 31 ). Dan Firman Allah SWT : وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ ( الإسراء ٢٩ ) “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros)..” (Q.S. Al Israa’ 29) Firman Allah SWT : إِنَّ الْمُبَذرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ( الإسراء ٢٧ ) “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan”. (Q.S. Al Israa’ 27). Dan Baginda Rasulullah SAW telah bersabda : خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِهِ ( رواه الترمذي عن عائشة ) “Paling baiknya kalian adalah yang paling bijaksana kepada keluarganya…” Dan paling bagusnya suami yang bisa mengatur dalam urusan nafkah rumah tangganya sehingga segala kebutuhan akan tercukupi dan kemakmuran akan langgeng. Dan memberi nafkah kepada keluarga termasuk sedekah yang paling agung pahalanya, sabda Baginda Rasulullah SAW : دِينَارٌ أنْفَقْتَهُ ِفي سَبِيْلِ اللهِ ، وَدِينَارٌ أنْفَقْتَهُ ِفي رَقَبَةٍ ، وَدِينارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ ، وَدِينَارٌ أنْفَقْتَهُ عَلَى أهْلِكَ ، أعْظَمُهَا أجْراً اَلَّذِي أنْفَقْتَهُ عَلَى أهْلِكَ ( رواه مسلم عن أبي هريرة ) "Sesungguhnya harta yang kamu infaqkan untuk sabilillah, harta yang kamu infaqkan untuk memerdekakan budak, harta yang kamu sedekahkan kepada orang-orang miskin, dan harta yang kamu infaqkan kepada keluargamu. yang paling utama pahalanya di Sisi Allah SWT adalah yang kamu infaqkan untuk keluargamu”. Imam Al-Ghozali berkata hendaknya suami menganjurkan istrinya agar membagikan kelebihan makanan (yang dikwatirkan akan basi) kepada orang yang membutuhkannya. Dan wajib bagi suami mencari nafkah yang halal agar terhindar dari kemurkaan Allah SWT, dan memudahkan baginya untuk membimbing keluarganya menjadi orang yang taat beribadah kepada Allah SWT. karena memberi nafkah yang haram berarti meracuni keluarganya, dan menjadikan mereka akan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT. Sabda Baginda Rasulullah SAW : كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ بِالسُّحْتِ فَالنَّارُ أوْلَى بِهِ ( رواه الترمذي عن كعب بن عجرة ) “Sesungguhnya setiap daging yang tumbuh dari harta haram dipastikan akan masuk neraka”. Dan Sayyiduna Imam Sahal bin Abdullah At Tusturi berkata : مَنْ أَكَلَ اْلحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَي عَلِمَ أَوْ لمَ ْيَعْلَمْ “Barang siapa memakan makanan haram maka dipastikan anggota tubuhnya akan melakukan kemaksiatan". وَمَنْ كَانَتْ طُعْمَتُهُ حَلاَلاً أَطَاعَتْهُ جَوَارِحُهُ وَوُفِّقَتْ لِلْخَيْرَاتِ "Dan barang siapa memakan makanan halal maka akan mudah bagi anggota tubuhnya beribadah kepada Allah SWT dan akan mendapatkan taufiq untuk melakukan kebaikan”. Sesungguhnya harta dunia adalah sarana untuk menuju kepada Allah SWT maka tidak mungkin bisa menuju apabila melalui harta yang diharamkan dalam syariat seperti riba, judi, undian, suap, menipu, mencuri, korupsi dan lain-lain. Dan istri sholehah hendaknya senantiasa mengingatkan suaminya pada saat mau pergi mencari nafkah, dengan berkata: “Wahai suamiku, janganlah engkau mencari nafkah kecuali yang halal. Sesunggguhnya lebih mudah dan ringan bagi kami menahan lapar dari pada menahan pedihnya siksa api neraka”. Sesungguhnya rizki telah dibagi oleh Allah SWT. Hendaknya suami istri senantiasa berdoa agar dimudahkan untuk mendapatkan rizki yang halal dan barokah. Dan senantiasa ridlo dan menerima atas segala pemberian Allah SWT agar Allah SWT meridloinya. Semoga rangkuman ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang menuju keridloan Allah SWT dan menginginkan rumah tangganya menjadi rumah tangga yang harmonis penuh dengan kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan dan keberkahan sehingga terwujud : بَيْتِي جَنَّتِي RUMAHKU SURGAKU اَرْجُوْ مِنَ اللهِ لَنَا وَلَكُمُ التَّوْفِيْقَ وَاْلهِدَايَةَ وَاْلعِنَايَةَ وَالله ُاْلهَادِي إِلَى الصِّرَاطِ اْلمُسْتَقِيْمِ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ َوَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Alhamdulillah rangkuman ini selesai pada tgl : 1 Ramadlan 1431 H / 11 Agustus 2010 M Dirangkum Oleh: Al-Habib "ABU MAHDI" Murtadlo bin Abdullah Al-kaff Jakarta CONTOH NIAT KHUTBAH NIKAH نَوَيْنَا أَنْ نَأْتِيَ بِخُطْبَةِ النِّكَاحِ مِثْلَ مَا نَوَاهُ أَهْلُنَا وَأَسْلاَفُنَا وَرِجَالُنَا وَشُيُوْخُنَا وَآبَاؤُنَا الصَّالِحُوْنَ. أَنَّ الله َ يُدْخِلُ نِيَّاتِنَا ِفي نِيَّاتِهِمْ وَأَعْمَالَنَا ِفي أَعْمَالِهِمْ وَأَخْلاَقَنَا ِفي أَخْلاَقِهِمْ وَنَسْتَحْضِرُ أَرْوَاحَهُمُ الطَّاهِرَةَ الزَّكِيَّةَ ِفي هَذَا اْلمَجْلِسِ الشَّرِيْفِ وَعِنْدَ هَذَا اْلعَقْدِ اْلمُبَارَكِ وَنُهْدِي لَهُمْ اَلْفَاتِحَةَ..... Sesungguhnya kami niat melaksanakan khuthbah sebagaimana yang diniati oleh keluarga-keluarga kami, pendahulu-pendahulu kami, tokoh-tokoh kami, guru-guru kami dan orang-orang tua kami yang sholeh. Semoga Allah SWT menggabungkan niat, amalan dan akhlaq kami ke dalam niat, amalan dan akhlaq mereka. Dan kami sangat mengharapkan semoga Allah SWT menghadirkan arwah-arwah mereka yang suci dan bersih di majlis yang mulia ini dan pada saat akad nikah yang penuh berkah ini. Dan kami haturkan kepada mereka …Al Faatihah…. Kemudian mengkhususkan fatihah kepada Baginda Rasulullah SAW: وَإِلَى حَضْرَةِ النَّبِي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ . اَلْفَاتِحَةْ ..... Dan begitu pula kami hadiahkan ke pangkuan Junjungan kami Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW….Al Faatihah…… CONTOH KHUTBAH NIKAH اَلْحَمْدُ ِللهِ اْلمَحْمُوْدِ بِنِعْمَتِهِ . َاْلمَعْبُوْدِ بِقُدْرَتِهِ . اَلْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ . اَلْمُطَاعِ سُلْطَانُهُ . اَلنَّافِذِ أَمْرُهُ ِفي سَمَائِهِ وَأَرْضِهِ . خَلَقَ الْخَلْقَ بِقُدْرَتِهِ . وَمَيَّزَهُمْ بِأَحْكَامِهِ . وَأَعَزَّهُمْ بِدِيْنِهِ . وَأَكْرَمَهُمْ بِنَبِيِّهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ . أَنَّ الله َتَبَارَكَ اسْمُهُ . وَتَعَالَتْ عَظَمَتُهُ وَقُدْرَتُهُ .جَعَلَ اْلمُصَاهَرَةَ نَسَبًا لاَحِقًا . وَأَمْرًا مُفْتَرَضًا . أَوْشَجَ بِهِ اْلأَرْحَامَ . وَأَلْزَمَ بِهِ اْلأَنَامَ . فَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَآءِ بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيراً. فَأَمْرُ اللهِ يَجْرِي إِلَى قَضَائِهِ . وَقَضَاؤُهُ يَجْرِي إِلَى قَدَرِهِ . وَلِكُلِّ قَضَاءٍ قَدَرٌ . وَلِكُلِّ قَدَرٍ أَجَلٌ . وَلِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ . يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ. فَإِنَّ اْلاُمُوْرَ كُلَّهَا بِيَدِ اللهِ . يَقْضِي فِيْهَا مَا يَشَاءُ . وَيَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ . وَلاَ مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ . وَلاَ رَادَّ لِقَضَائِهِ . وَلاَ مُقَدِّمَ لِمَا أَخَّرَ . وَلاَ مُؤَخِّرَ لِمَا قَدَّمَ . وَلاَ يَجْتَمِعُ إِثْنَانِ وَلاَ يَفْتَرِقَانِ إِلاَّ بِقَضَاءٍ وَقَدَرٍ وَكِتَابٍ مِنَ اللهِ قَدْ سَبَقَ . ثُمَّ إِنَّ اْلحَمْدَ ِللهِ . نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ . وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئآتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِ الله ُفَلاَ مُضِلَّ لَهُ . وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . أَرْسَلَهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ . أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ اللهَ أَحَلَّ النِّكَاحَ وَنَدَبَ إِلَيْهِ بِقَوْلِهِ : وَأَنْكِحُواْ الأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُواْ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ . وَحَرَّمَ السِّفَاحَ وَأَوْعَدَ عَلَيْهِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى : وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا. وَقَالَ تَعَالَى آمِرًا بِتَقْوَاهُ : يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ. وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَآءً. وَاتَّقُواْ اللَّهَ الَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالاَْرْحَامَ. إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً. وَقَالَ جَلَّ شَأْنُهُ : ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ. وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً. وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَزَوَّجُوْا تَنَاكَحُوْا تَكْثُرُوْا فَإِنِّي مُبَاهٍ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ . وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسضلَّمَ : أَمَا وَاللهِ إِنِّي َلأَخْشَاكُمْ ِللهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ؛ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي. اَلنِّكَاحُ سُنَّةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَشِعَارُ اْلأَوْلِيَاءِ . Segala puji bagi Allah SWT Dzat Yang senantiasa dipuji atas segala nikmat-nikmat-Nya, Dzat Yang disembah atas Kekuasaan-Nya yang tanpa batas, Dzat Yang sangat ditakuti atas kepedihan dan kedahsyatan siksa-Nya, Dzat Yang ditunduki Kekuasaan-Nya, Dzat Yang pasti terlaksana segala urusan-Nya yang di langit dan di bumi, Dzat Yang Menciptakan semua makhluk-Nya dengan Qudroh (Kekuasaan)-Nya, Dzat Yang membedakan keutamaan makhluk dengan hukum-hukum-Nya, Dzat Yang mengokohkan makhluk dengan agama-Nya, dan Dzat Yang telah memuliakan makhluk-Nya dengan Mengutus Nabi terkasih-Nya Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Memberikan Keberkahan dengan menyebut Nama-Nya, Dzat Yang Maha Tinggi Keagungan dan Kekuasaan-Nya telah menjadikan Mushoharoh (ikatan keluarga sebab pernikahan) sebagai suatu ikatan nasab dan menjadikannya sebagai sesuatu perkara yang telah ditentukan. Dan juga menjadikannya (mushoharoh) sebagai pengikat hubungan rahim (kekerabatan). Dan Dia-lah pula Dzat Yang telah mewajibkan/menetapkan manusia dengannya. Allah SWT telah Berfirman : “Dan Dia (pula) Yang Menciptakan manusia dari air (sperma), lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushoharoh, dan Allah-lah Tuhanmu Yang Maha Kuasa” (Q.S. Al Furqaan 54) Sesungguhnya segala urusan Allah SWT sesuai dengan Ketentuan-Nya. Dan segala yang ditentukan Allah SWT pasti akan terjadi. Dan sesungguhnya segala yang ditentukan Allah SWT pasti akan terlaksana sesuai dengan waktunya. Dan setiap waktu sudah tercatat disisi-Nya. Firman Allah SWT : “Allah SWT Dzat Yang Menghapuskan apa yang Dia Kehendaki dan Menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfudh)” (Q.S. Ar Ra’d 39) Sesungguhnya segala urusan berada pada kekuasaan Allah SWT. Hanya Allah-lah Dzat Yang Berhak Menentukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, dan mewujudkan kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa mengganti keputusan-Nya. Dan tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya. Dan tidak ada siapapun yang bisa memajukan segala sesuatu yang diakhirkan-Nya. Dan tidak ada siapapun yang bisa mengakhirkan segala sesuatu yang didahulukan-Nya. Dan seseorang tidak akan bertemu ataupun berpisah dengan pasanganya kecuali dengan Qodlo’ dan Qodar-Nya sesuai catatan yang telah dahulu kala dari Allah SWT. Sesungguhnya segala puji bagi Allah SWT. Kepada-Nya Kami senantiasa memuji dan memohon pertolongan. Dan kami berlindung kepada-Nya dari kejahatan nafsu kami dan dari kejelekan amal perbuatan kami. Sesungguhnya barang siapa yang diberi hidayah (petunjuk) oleh Allah SWT, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan siapapun yang ditetapkan celaka oleh Allah SWT maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT Dzat Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya Baginda Nabi Muhammad SAW adalah Hamba dan Rasul (Utusan) Allah SWT. Dan sesungguhnya Allah SWT telah Mengutusnya membawa hidayah (petunjuk) dan agama yang haq (benar) kepada seluruh umat manusia. Dan Baginda Rasulullah Muhammad SAW benar-benar telah menampakkan kebenaran Agama Islam di atas semua agama-agama yang lain, walaupun orang-orang musyrik (kafir) membencinya. Sesungguhnya Allah SWT telah menghalalkan nikah dan menjadikanya syariat, Firman Allah SWT yang artinya kurang lebih : “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, maka Allah SWT akan memampukan mereka dengan karunia-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian)-Nya lagi Maha Mengetahui” (Q.S. An Nur 32). Dan sesungguhnya Allah SWT telah mengharamkan zina dan mengancam orang-orang yang melakukannya dengan siksaan yang sangat pedih di neraka. Firman Allah SWT : “Dan janganlah kalian semua mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk” (Q.S. Al Israa’ 32). Dan Allah SWT telah menganjurkan hamba-hamba-Nya agar bertaqwa (melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya). Sebagaimana dalam Firman Suci-Nya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian semua kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian semua meninggal kecuali dalam keadaan beragama Islam(tunduk/taat kepada-Nya). (Q.S. Aali Imraan 102) Firman Allah SWT : “Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu (Allah SWT) yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah SWT menciptakan istrinya. Dan dari pada keduanya Allah SWT memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah SWT yang dengan (menggunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silatur rahim. Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (Q.S. An Nisaa’ 1). Firman Allah SWT : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah SWT dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Q.S. Al Ahzaab 70-71). Baginda Rasulullah SAW telah bersabda : “Menikahlah kalian, perbanyakilah keturunan kalian, sesungguhnya aku akan membanggakan dengan (banyaknya) kalian kepada umat-umat lainnya kelak pada hari kiamat” Dan Baginda Rasulullah SAW juga bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya aku orang yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah SWT (dari pada kalian semua). Namun sesungguhnya aku senantiasa melaksanakan sholat dan berpuasa. Dan aku juga makan, tidur dan menikah dengan wanita. Maka, barang siapa tidak suka sunahku berarti dia tidak termasuk golonganku. Sesungguhnya nikah adalah sunahnya para Nabi dan syi’arnya para wali (kekasih Allah SWT)”. Kemudian membaca وَقُوْلُوْا جَمِيْعًا : "Ucapkanlah dengan bersama-sama" بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ * وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ * سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِاللهِ * صَلَّى الله ُعَلَيْهِ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ * أَسْتَغْفِرُ الله َمِنْ تَرْكِ الصَّلاَةِ * وَمِنَ التَّقْصِيْرِ ِفي الصَّلاَةِ * أَسْتَغْفِرُ الله َمِنْ تَرْكِ الزَّكَاةِ * وَمِنَ التَّقْصِيْرِ ِفي الزَّكَاةِ * أَسْتَغْفِرُ الله َمِنْ ظُلْمِ الْخَلْقِ * أَسْتَغْفِرُ الله َالْعَظِيْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ * تُبْنَا إِلَى اللهِ * تُبْنَا إِلَى اللهِ * تُبْنَا إِلَى اللهِ مِنْ جَمِيْعِ اْلمَعَاصِي وَالذُّنُوْبَ * كَبِيْرِهَا وَصَغِيْرِهَا * أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُ* وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ * آمَنَّا بِالشَّرِيْعَةِ * وَصَدَّقْنَا بِالشَّرِيْعَةِ * وَتَبَرَّأْنَا مِنْ كُلِّ دِيْنٍ يُخَالِفُ دِيْنَ اْلإِسْلاَمِ. “Dengan menyebut Nama Allah. Segala puji bagi Allah. Semoga Sholawat (Rohmat Ta’dhim Allah SWT) dan Salam-Nya senantiasa melimpah kepada Baginda Rasulullah SAW. Saya memohon ampun kepada Allah SWT dari (dosa) meninggalkan sholat dan dari teledor dalam melakukan sholat. Saya memohon ampun kepada Allah SWT dari (dosa) meninggalkan zakat dan dari teledor dalam melaksanakan zakat. Saya memohon ampun kepada Allah SWT dari (dosa) berbuat dholim(menganiaya) kepada makhluk-makhluknya Allah SWT. Dan saya memohon ampun kepada Allah Dzat Yang Maha Agung dan saya bertaubat (kembali) kepada-Nya. Sungguh kami bertaubat kepada Allah SWT.. Sungguh kami bertaubat kepada Allah SWT .. Sungguh kami bertaubat kepada Allah SWT dari segala perbuatan maksiat dan semua perbuatan dosa. Dosa-dosa yang besar maupun dosa-dosa yang kecil. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya Baginda Nabi Muhammad SAW adalah Utusan Allah SWT. Sungguh kami benar-benar beriman kepada syariat. Dan kami juga mengakui kebenaran syariat, dan kami sungguh-sungguh lepas dari semua agama selain agama Islam”. DOA SETELAH AKAD NIKAH بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْعَقْدَ مُبَارَكً . وَالْقِرَانَ سَعِيْدً . وَاجْعَلْ ِفي قُدُوْمِهِمَا الْخَيْرَ وَاْلبَرَكَةَ وَالْيُمْنَ وَالسَّعَادَةَ اْلأَبَدِيَّةَ . وَبَارِكْ لَهُمَا وَاجْمَعْ شَمْلَهُمَا . وَأَدِمِ اْلأُلْفَةَ بَيْنَهُمَا . وَارْزُقْهُمَا اْلأَرْزَاقَ الْحِسِيِّةَ وَاْلمَعْنَوِيَّةَ . كُلَّ ذَالِكَ مَصْحُوْبًا بِاللُّطْفِ وَاْلعَفْوِ وَاْلعَافِيَةَ التَّامَّةَ وَالصِّحَّةِ الْكَامِلَةِ . وَالذُّرِّيَّةَ الطَّيِّبَةَ اْلمُبَارَكَةَ . بِحَقِّ " رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً " وَبِحَقِّ " رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ". وَصَلَّى الله ُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَإِلَى حَضْرَةِ النَّبِي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ . اَلْفَاتِحَةْ ..... “Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Semoga Allah SWT Melimpahkan Sholawat (Rohmat Ta’dhim) dan Salam-Nya kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW beserta seluruh keluarganya”. Ya Allah, jadikanlah akad nikah ini penuh dengan segala keberkahan dan kebersamaan yang penuh keberuntungan. Ya Allah, jadikanlah rumah tangga kedua mempelai ini penuh kebaikan, keberkahan dan keberuntungan yang abadi. Limpahkanlah keberkahan-Mu kepada keduanya. Dan satukanlah mereka berdua dan keluarganya dalam satu tujuan (menuju Keridloan-Mu). Ya Allah, anugerahilah mereka berdua rasa saling kasih sayang yang abadi. Dan kucurkanlah kepada mereka berdua rizki lahir dan batin dengan Belas Kasih Sayang-Mu, Ampunan-Mu disertai kesejahteraan dan kesehatan yang sempurna, dan dikaruniai keturunan (anak cucu) yang suci dan penuh berkah. Semoga Engkau kabulkan permohonan kami demi haqnya kebenaran Firman-Mu. YA Allah Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan (anak cucu) kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami sebagai imam (panutan) bagi orang-orang yang bertaqwa kepada-Mu. ( Q.S. Al Furqaan 74 ). Dan demi haqnya kebenaran Firman-Mu: Ya Allah Tuhan kami, anugerahilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Dan semoga Sholawat (Rahmat Ta’dhim) Allah SWT dan Salam Sejahtera-Nya melimpah kepada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat-sahabat Beliau. Dan kami haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah SAW …Al Faatihah… Sambutan I Dari: Ustadz Abdurrouf Tembelang Wonosobo بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ . اَمَّا بَعْدُ Sesungguhnya kami telah membaca rangkuman kitab ini yang bernama "BAITI JANNATI " -Rumahku Surgaku- dengan penuh kekaguman dan kebanggaan, atas terwujudnya kitab ini yang sungguh tampil beda lain dari pada yang lain, dengan perkataan yang lembut dan bahasa yang sederhana serta mudah difahami, menjelaskan tentang berbagai macam inti kehidupan yang menarik kita kembali masuk dalam naungan syariat Baginda Rosulullah SAW, yang hanya denganya, akan bisa tercapai kehidupan rumah tangga yang harmonis penuh dengan kedamaian, kebahagiaan dan keindahan laksana taman surga. Rasa syukur terima kasih yang tak terhingga dan tak mampu kami ungkapkan dengan kata-kata atas kepedulian beliau Al-Habib Murtadlo bin Abdullah Al-Kaff yang telah merangkum kitab ini dengan penjelasan yang mendetil demi keselamatan kebahagiaan kita dunia akherat. Sungguh dizaman sekarang ini yang semakin hari semakin merosot jauh dari ajaran suci Baginda Rosulullah SAW terombang ambing terbawa arus pergaulan dan peradaban yang tidak islami kita sangat membutuhkan pegangan dan tuntunan yang diridloi Allah SWT seperti kitab ini. Sungguh kitab ini merupakan solusi terbaik bagi segala kekacauan dalam membina rumah tangga yang sulit ditemukan. Jika kita telah terlanjur salah dalam membina rumah tangga maka tentunya tidak ada kata terlambat untuk membenahinya dengan terus berharap semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan jangan sampai anak cucu kita mengalami hal yang sama. Rangkuman kitab ini bersumber dari kitab suci Alqur'an, sunnah Baginda Rosulullah SAW dan para Ulama' Sholihin, dan sangat perlu di sebarkan dan di abadikan sebagai wujud kepedulian kita kepada umat Baginda Rosulullah SAW yang meyakini syariatnya dan kebenaran hari kemudian. Singkat kata tidak ada orang yang berusaha melaksanakan dengan sungguh-sungguh kecuali pasti Allah SWT akan memudahkanya, mengampuni dosa-dosanya serta memaklumi kekurangannya. Dan orang yang tidak mengindahkan apa lagi mengingkarinya maka ancaman Allah SWT pasti akan mengenainya sebagaimana Firman Allah SWT dan Sabda Baginda Rosulullah SAW yang tercantum didalam kitab ini. Semoga kita semua digolongkan sebagai orang yang menuju keridloan Allah SWT melalui syariatnya Baginda Rosulullah SAW dan meninggal dalam keadaan husnul khotimah Amiin. وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ وَالسَّلاََمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Ustadz Abdurrouf Tembelang Wonosobo Sambutan II Dari: Ustadz Hanif Pengasuh Majlis Ta'lim Raudlotul Jannah Sidarata Punggelan Banjar Negara بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ . اَمَّا بَعْدُ Setelah kami membaca kitab Baiti Jannati ini, dan kami fahami apa yang ada didalamnya, sungguh ini adalah hal yang kami tunggu-tunggu sejak lama, kami merasa prihatin dengan keadaan zaman sekarang ini, dimana hubungan keluarga yang seharusnya bisa menjadi pondasi bagi generasi penerus dalam menegakkan agama dan negara, tempat menempa akhlak dan pribadi yang mulia sesuai ajaran Baginda Rasulullah SAW sudah banyak dipenuhi dengan kekacauan, jarang sekali ada yang bisa menyelesaikannya sesuai dengan syariat, dan lebih parah lagi, jika memulai hubungan rumah tangga hanya didasari nafsu dan kebutuhan biologis belaka maka apa jadinya nanti kehidupan mereka dan anak-anaknya?.. sungguh dikhawatirkan akan terjerumus kedalam kesesatan dan kekacaun. Maka dengan adanya buku seperti ini sungguh akan bisa menggugah untuk kembali kejalur yang diridloi Allah SWT sesuai ajaran Baginda Rasulullah SAW, dan sungguh perlu bagi kita untuk memperbanyaki dan menyebarkan buku ini agar bisa digolongkan sebagai orang yang peduli dengan umat Baginda Rasulullah SAW. Terimakasih dari hati yang paling dalam kepada beliau Al-Habib Murtadlo bin Abdullah Al-Kaff atas ketulusanya merangkum kitab yang sangat kami butuhkan ini. Sungguh kami tak mampu untuk membalasnya, semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan atas kepedulian dan kasih sayangnya demi keselamatan dan kebahagiaan kami. Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah kepada kita dan memudahkan bagi kita untuk membina rumah tangga dan mendidik anak-anak kita menjadi sholeh dan sholehah, Amiin. وَبِاللهِ التَّوْفِيْقُ وَالْهِدَايَةُ وَالسَّلاََمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Ustadz Hanif Pengasuh Majlis Ta'lim Raudlotul Jannah Sidarata Punggelan Banjar Negara Daftar Isi : 1. Anjuran Syariat Untuk Menikah 2 2. Keutamaan Mempunyai Anak Sholeh/Sholehah 8 3. Memperhatikan Agama Keluarga 11 4. Tidak Ada Wanita Yang Sempurna 18 5. Jodoh Adalah Taqdir Sejak Dahulu Kala 19 6. Anjuran Bagi Wali Agar Menikahkan Putri/Saudarinya Kepada Laki-Laki Yang Baik . 22 7. Niat Menikah. 23 8. Mahar Yang Utama Yang Kecil Nilainya 24 9. Adab, Tata Cara Melamar Dan Pelaksanaan Akad Nikah 24 10. Kesederhanaan Dalam Walimah 25 11. Kewajiban Suami Dalam Membina Rumah Tangga. 27 12. Sifat Cemburu 33 13. Keutamaan Wanita Soleh Dalam Membina Rumah Tangga 37 14. Hal-Hal Yang Hendaknya Dilakukan Saat Istri Sedang Hamil 47 15. Keistimewaan Anak Perempuan 49 16. Mendidik Dan Memperhatikan Agama Keluarga 53 17. Keutamaan Doa Sebelum Dan Sesudah Makan 64 18. Kedudukan Laki-Laki Dan Wanita Dihadapan Allah SWT 66 19. Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai Oleh Wanita Sholehah. 68 20. Keutamaan Wanita Didalam Rumah. 76 21. Hukum Wanita Keluar Rumah. 77 22. Menyemangatkan Suami Berbuatkebajikan 77 23. Keseimbangan Dalam Member Nafkah. 81 24. Contoh Niat Khotbah Nikah. 86 25. Contoh Khotbah Nikah. 87 26. Doa Setelah Akad Nikah. 94 27. Sambutan 1 Ustadz Abdur Rouf. 97 28. Sambutan 2 Ustadz Hanif. 99 29. Daftar Isi 101

1 komentar:

  1. Best first casino (1) - Kookoo
    If the first is something you would like to see, let us know in comments what 우리카지노 games you want 퍼스트 카지노 to play and where you bk8 are. Kookoo's. Online Casino.

    BalasHapus